Kamis, 23 Desember 2010

Perbedaan Pendapat tentang Mengucapkan Selamat Natal

A. Syauqil Adib. S, PdI. & Syarofah.

Diantara tema yang mengandung perdebatan setiap tahunnya adalah ucapan selamat Hari Natal. Para ulama kontemporer berbeda pendapat didalam penentuan hukum fiqihnya antara yang mendukung ucapan selamat dengan yang menentangnya. Kedua kelompok ini bersandar kepada sejumlah dalil. Meskipun pengucapan selamat hari natal ini sebagiannya masuk dalam wilayah aqidah namun ia memiliki hukum fiqih yang bersandar kepada pemahaman yang mendalam, penelaahan yang rinci terhadap berbagai nash-nash syar’i.

Ada dua pendapat didalam permasalahan ini :

1. Ibnu Taimiyah, Ibnul Qoyyim dan para pengikutnya seperti Syeikh Ibn Baaz, Syeikh Ibnu Utsaimin—semoga Allah merahmati mereka—serta yang lainnya seperti Syeikh Ibrahim bin Muhammad al Huqoil berpendapat bahwa mengucapkan selamat Hari Natal hukumnya adalah haram karena perayaan ini adalah bagian dari syiar-syiar agama mereka. Sesungguhnya didalam pengucapan selamat kepada mereka adalah tasyabbuh (menyerupai) dengan mereka dan ini diharamkan. Diantara bentuk-bentuk tasyabbuh adalah ikut serta didalam hari raya tersebut dan mentransfer perayaan-perayaan mereka ke neger-negeri islam.

Mereka juga berpendapat wajib menjauhi berbagai perayaan orang-orang kafir, menjauhi dari sikap menyerupai perbuatan-perbuatan mereka, menjauhi berbagai sarana yang digunakan untuk menghadiri perayaan tersebut, tidak menolong seorang muslim didalam menyerupai perayaan hari raya mereka, tidak mengucapkan selamat atas hari raya mereka serta menjauhi penggunaan berbagai nama dan istilah khusus didalam ibadah mereka.

2. Jumhur ulama kontemporer membolehkan mengucapkan selamat Hari Natal.
Di antaranya Syeikh Yusuf al Qaradhawi yang berpendapat bahwa perubahan kondisi global lah yang menjadikanku berbeda dengan Syeikhul Islam Ibnu Taimiyah didalam mengharamkan pengucapan selamat hari-hari Agama orang-orang Nasrani atau yang lainnya. Aku (Yusuf al Qaradhawi) membolehkan pengucapan itu apabila mereka (orang-orang Nasrani atau non muslim lainnya) adalah orang-orang yang cinta damai terhadap kaum muslimin, terlebih lagi apabila ada hubungan khsusus antara dirinya (non muslim) dengan seorang muslim, seperti : kerabat, tetangga rumah, teman kuliah, teman kerja dan lainnya. Hal ini termasuk didalam berbuat kebajikan yang tidak dilarang Allah swt namun dicintai-Nya sebagaimana Dia swt mencintai berbuat adil. Firman Allah swt :

إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِينَ

Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang Berlaku adil.” (QS. Al-Mumtahanah: 8)

Terlebih lagi jika mereka mengucapkan selamat Hari Raya kepada kaum muslimin. Firman Allah swt :

وَإِذَا حُيِّيْتُم بِتَحِيَّةٍ فَحَيُّواْ بِأَحْسَنَ مِنْهَا أَوْ رُدُّوهَا إِنَّ اللّهَ كَانَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ حَسِيبًا ﴿٨٦﴾

Artinya : “Apabila kamu diberi penghormatan dengan sesuatu penghormatan, Maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik dari padanya, atau balaslah penghormatan itu (dengan yang serupa). Sesungguhnya Allah memperhitungankan segala sesuatu.” (QS. An Nisaa : 86)

Lembaga Riset dan Fatwa Eropa juga membolehkan pengucapan selamat ini jika mereka bukan termasuk orang-orang yang memerangi kaum muslimin khususnya dalam keadaan dimana kaum muslimin minoritas seperti di Barat. Setelah memaparkan berbagai dalil, Lembaga ini memberikan kesimpulan sebagai berikut : Tidak dilarang bagi seorang muslim atau Markaz Islam memberikan selamat atas perayaan ini, baik dengan lisan maupun pengiriman kartu ucapan yang tidak menampilkan simbol mereka atau berbagai ungkapan keagamaan yang bertentangan dengan prinsip-prinsip Islam seperti salib. Sesungguhnya Islam menafikan fikroh salib, firman-Nya :

وَقَوْلِهِمْ إِنَّا قَتَلْنَا الْمَسِيحَ عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ رَسُولَ اللّهِ وَمَا قَتَلُوهُ وَمَا صَلَبُوهُ وَلَكِن شُبِّهَ لَهُمْ وَإِنَّ الَّذِينَ اخْتَلَفُواْ فِيهِ لَفِي شَكٍّ مِّنْهُ مَا لَهُم بِهِ مِنْ عِلْمٍ إِلاَّ اتِّبَاعَ الظَّنِّ وَمَا قَتَلُوهُ يَقِينًا ﴿١٥٧﴾

Artinya : “Padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh ialah) orang yang diserupakan dengan Isa bagi mereka.” (QS. An Nisaa : 157)

Kalimat-kalimat yang digunakan dalam pemberian selamat ini pun harus yang tidak mengandung pengukuhan atas agama mereka atau ridho dengannya. Adapun kalimat yang digunakan adalah kalimat pertemanan yang sudah dikenal dimasyarakat.

Tidak dilarang untuk menerima berbagai hadiah dari mereka karena sesungguhnya Nabi saw telah menerima berbagai hadiah dari non muslim seperti al Muqouqis Pemimpin al Qibthi di Mesir dan juga yang lainnya dengan persyaratan bahwa hadiah itu bukanlah yang diharamkan oleh kaum muslimin seperti khomer, daging babi dan lainnya.

Diantara para ulama yang membolehkan adalah DR. Abdus Sattar Fathullah Sa’id, ustadz bidang tafsir dan ilmu-ilmu Al Qur’an di Universitas Al Azhar, DR. Muhammad Sayyid Dasuki, ustadz Syari’ah di Univrsitas Qatar, Ustadz Musthafa az Zarqo serta Syeikh Muhammad Rasyd Ridho. (www.islamonline.net)

Adapun MUI (Majelis Ulama Indonesia) pada tahun 1981 sebelum mengeluarkan fatwanya, terlebih dahulu mengemukakan dasar-dasar ajaran Islam dengan disertai berbagai dalil baik dari Al Qur’an maupun Hadits Nabi saw sebagai berikut :

A) Bahwa ummat Islam diperbolehkan untuk bekerja sama dan bergaul dengan ummat agama-agama lain dalam masalah-masalah yang berhubungan dengan masalah keduniaan.

B) Bahwa ummat Islam tidak boleh mencampur-adukkan agamanya dengan aqidah dan peribadatan agama lain.

C) Bahwa ummat Islam harus mengakui ke-Nabian dan ke-Rasulan Isa Almasih bin Maryam sebagaimana pengakuan mereka kepada para Nabi dan Rasul yang lain.

D) Bahwa barangsiapa berkeyakinan bahwa Tuhan itu lebih dari satu, Tuhan itu mempunyai anak dan Isa Almasih itu anaknya, maka orang itu kafir dan musyrik.

E) Bahwa Allah pada hari kiamat nanti akan menanyakan Isa, apakah dia pada waktu di dunia menyuruh kaumnya agar mereka mengakui Isa dan Ibunya (Maryam) sebagai Tuhan. Isa menjawab: Tidak.

F) Islam mengajarkan bahwa Allah SWT itu hanya satu.

G) Islam mengajarkan ummatnya untuk menjauhkan diri dari hal-hal yang syubhat dan dari larangan Allah SWT serta untuk mendahulukan menolak kerusakan daripada menarik kemaslahatan.

Juga berdasarkan Kaidah Ushul Fikih
''Menolak kerusakan-kerusakan itu didahulukan daripada menarik kemaslahatan-kemaslahan (jika tidak demikian sangat mungkin mafasidnya yang diperoleh, sedangkan mushalihnya tidak dihasilkan)''.
Untuk kemudian MUI mengeluarkan fatwanya berisi :

  1. Perayaan Natal di Indonesia meskipun tujuannya merayakan dan menghormati Nabi Isa as, akan tetapi Natal itu tidak dapat dipisahkan dari soal-soal yang diterangkan di atas.

  2. Mengikuti upacara Natal bersama bagi ummat Islam hukumnya haram.

  3. Agar ummat Islam tidak terjerumus kepada syubhat dan larangan Allah Subhanahu Wata'ala dianjurkan untuk tidak mengikuti kegiatan-kegiatan perayaan Natal.

Mengucapkan Selamat Hari Natal Haram kecuali Darurat

Diantara dalil yang digunakan para ulama yang membolehkan mengucapkan Selamat Hari Natal adalah firman Allah swt :

لَا يَنْهَاكُمُ اللَّهُ عَنِ الَّذِينَ لَمْ يُقَاتِلُوكُمْ فِي الدِّينِ وَلَمْ يُخْرِجُوكُم مِّن دِيَارِكُمْ أَن تَبَرُّوهُمْ وَتُقْسِطُوا إِلَيْهِمْ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِينَ ﴿٨﴾

Artinya : “Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan Berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang Berlaku adil.” (QS. Al Mumtahanah : 8)

Ayat ini merupakan rukhshoh (keringanan) dari Allah swt untuk membina hubungan dengan orang-orang yang tidak memusuhi kaum mukminin dan tidak memerangi mereka. Ibnu Zaid mengatakan bahwa hal itu adalah pada awal-awal islam yaitu untuk menghindar dan meninggalkan perintah berperang kemudian di-mansukh (dihapus).

Qatadhah mengatakan bahwa ayat ini dihapus dengan firman Allah swt :

....فَاقْتُلُواْ الْمُشْرِكِينَ حَيْثُ وَجَدتُّمُوهُمْ ﴿٥﴾

Artinya : “Maka bunuhlah orang-orang musyrikin itu dimana saja kamu jumpai mereka.” (QS. At Taubah : 5)

Adapula yang menyebutkan bahwa hukum ini dikarenakan satu sebab yaitu perdamaian. Ketika perdamaian hilang dengan futuh Mekah maka hukum didalam ayat ini di-mansukh (dihapus) dan yang tinggal hanya tulisannya untuk dibaca. Ada juga yang mengatakan bahwa ayat ini khusus untuk para sekutu Nabi saw dan orang-orang yang terikat perjanjian dengan Nabi saw dan tidak memutuskannya, demikian dikatakan al Hasan.

Al Kalibi mengatakan bahwa mereka adalah Khuza’ah, Banil Harits bin Abdi Manaf, demikian pula dikatakan oleh Abu Sholeh. Ada yang mengatakan bahwa mereka adalah Khuza’ah.

Mujahid mengatakan bahwa ayat ini dikhususkan terhadap orang-orang beriman yang tidak berhijrah. Ada pula yang mengatakan bahwa yang dimaksud didalam ayat ini adalah kaum wanita dan anak-anak dikarenakan mereka tidak ikut memerangi, maka Allah swt mengizinkan untuk berbuat baik kepada mereka, demikianlah disebutkan oleh sebagian ahli tafsir… (al Jami’ li Ahkamil Qur’an juz IX hal 311)

Dari pemaparan yang dsebutkan Imam Qurthubi diatas maka ayat ini tidak bisa diperlakukan secara umum tetapi dikhususkan untuk orang-orang yang terikat perjanjian dengan Rasulullah saw selama mereka tidak memutuskannya (ahli dzimmah).

Hak-hak dan kewajiban-kewajiban kafir dzimmi adalah sama persis dengan kaum muslimin di suatu negara islam. Mereka semua berada dibawah kontrol penuh dari pemerintahan islam sehingga setiap kali mereka melakukan tindakan kriminal, kejahatan atau melanggar perjanjian maka langsung mendapatkan sangsi dari pemerintah.

Didalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairoh ra bahwasanya Rasulullah saw bersabda,”Janganlah kamu memulai salam kepada orang-orang Yahudi dan Nasrani. Apabila kalian bertemu salah seorang diantara mereka di jalan maka sempitkanlah jalannya.” (HR. Muslim)

Yang dimaksud dengan sempitkan jalan mereka adalah jangan biarkan seorang dzimmi berada ditengah jalan akan tetapi jadikan dia agar berada ditempat yang paling sempit apabila kaum muslimin ikut berjalan bersamanya. Namun apabila jalan itu tidak ramai maka tidak ada halangan baginya. Mereka mengatakan : “Akan tetapi penyempitan di sini jangan sampai menyebabkan orang itu terdorong ke jurang, terbentur dinding atau yang sejenisnya.” (Shohih Muslim bi Syarhin Nawawi juz XIV hal 211)

Hadits “menyempitkan jalan” itu menunjukkan bahwa seorang muslim harus bisa menjaga izzahnya dihadapan orang-orang non muslim tanpa pernah mau merendahkannya apalagi direndahkan. Namun demikian dalam menampilkan izzah tersebut janganlah sampai menzhalimi mereka sehingga mereka jatuh ke jurang atau terbentur dinding karena jika ini terjadi maka ia akan mendapatkan sangsi.

Disebutkan didalam sejarah bahwa Umar bin Khottob pernah mengadili Gubernur Mesir Amr bin Ash karena perlakuan anaknya yang memukul seorang Nasrani Qibti dalam suatu permainan. Hakim Syuraih pernah memenangkan seorang Yahudi terhadap Amirul Mukminin Ali bin Abi Tholib dalam kasus beju besinya.

Sedangkan pada zaman ini, orang-orang non muslim tidaklah berada dibawah suatu pemerintahan islam yang terus mengawasinya dan bisa memberikan sangsi tegas ketika mereka melakukan pelanggaran kemanusiaan, pelecehan maupun tindakan kriminal terhadap seseorang muslim ataupun umat islam.

Keadaan justru sebaliknya, orang-orang non muslim tampak mendominanasi di berbagai aspek kehidupan manusia baik pilitik, ekonomi, budaya maupun militer. Tidak jarang dikarenakan dominasi ini, mereka melakukan berbagai penghinaan atau pelecehan terhadap simbol-simbol islam sementara si pelakunya tidak pernah mendapatkan sangsi yang tegas dari pemerintahan setempat, terutama di daerah-daerah atau negara-negara yang minoritas kaum muslimin.

Bukan berarti dalam kondisi dimana orang-orang non muslim begitu dominan kemudian kaum muslimin harus kehilangan izzahnya dan larut bersama mereka, mengikuti atau mengakui ajaran-ajaran agama mereka. Seorang muslim harus tetap bisa mempertahankan ciri khas keislamannya dihadapan berbagai ciri khas yang bukan islam didalam kondisi bagaimanapun.

Tentunya diantara mereka—orang-orang non muslim—ada yang berbuat baik kepada kaum muslimin dan tidak menyakitinya maka terhadap mereka setiap muslim diharuskan membalasnya dengan perbuatan baik pula.

Al Qur’an maupun Sunah banyak menganjurkan kaum muslimin untuk senantiasa berbuat baik kepada semua orang baik terhadap sesama muslim maupun non muslim, diantaranya : surat al Mumtahanah ayat 8 diatas. Sabda Rasulullah saw,”Sayangilah orang yang ada di bumi maka yang ada di langit akan menyayangimu.” (HR. Thabrani) Juga sabdanya saw,”Barangsiapa yang menyakiti seorang dzimmi maka aku akan menjadi lawannya di hari kiamat.” (HR. Muslim)

Perbuatan baik kepada mereka bukan berarti harus masuk kedalam prinsip-prinsip agama mereka (aqidah) karena batasan didalam hal ini sudah sangat jelas dan tegas digariskan oleh Allah swt :

لَكُمْ دِينُكُمْ وَلِيَ دِينِ ﴿٦﴾

Artinya : “Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku." (QS. Al Kafirun : 6)

Hari Natal adalah bagian dari prinsip-prinsip agama Nasrani, mereka meyakini bahwa di hari inilah Yesus Kristus dilahirkan. Didalam bahasa Inggris disebut dengan Christmas, Christ berarti Kristus sedangkan Mass berarti masa atau kumpulan jadi bahwa pada hari itu banyak orang berkumpul mengingat / merayakan hari kelahiran Kristus. Dan Kristus menurut keyakinan mereka adalah Allah yang mejelma.

Berbuat kebaikan kepada mereka dalam hal ini adalah bukan dengan ikut memberikan selamat Hari Natal dikarenakan alasan diatas akan tetapi dengan tidak mengganggu mereka didalam merayakannya (aspek sosial).

Pemberian ucapan selamat Natal baik dengan lisan, telepon, sms, email ataupun pengiriman kartu berarti sudah memberikan pengakuan terhadap agama mereka dan rela dengan prinsip-prinsip agama mereka. Hal ini dilarang oleh Allah swt dalam firman-Nya,

إِن تَكْفُرُوا فَإِنَّ اللَّهَ غَنِيٌّ عَنكُمْ وَلَا يَرْضَى لِعِبَادِهِ الْكُفْرَ وَإِن تَشْكُرُوا يَرْضَهُ لَكُمْ وَلَا تَزِرُ وَازِرَةٌ وِزْرَ أُخْرَى ثُمَّ إِلَى رَبِّكُم مَّرْجِعُكُمْ فَيُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ إِنَّهُ عَلِيمٌ بِذَاتِ الصُّدُورِ ﴿٧﴾

Artinya : “Jika kamu kafir Maka Sesungguhnya Allah tidak memerlukan (iman)mu dan Dia tidak meridhai kekafiran bagi hamba-Nya; dan jika kamu bersyukur, niscaya Dia meridhai bagimu kesyukuranmu itu.” (QS. Az Zumar : 7)

Jadi pemberian ucapan Selamat Hari Natal kepada orang-orang Nasrani baik ia adalah kerabat, teman dekat, tetangga, teman kantor, teman sekolah dan lainnya adalah haram hukumnya, sebagaimana pendapat kelompok pertama (Ibnu Taimiyah, Ibnul Qoyyim, Ibn Baaz dan lainnya) dan juga fatwa MUI.

Namun demikian setiap muslim yang berada diantara lingkungan mayoritas orang-orang Nasrani, seperti muslim yang tempat tinggalnya diantara rumah-rumah orang Nasrani, pegawai yang bekerja dengan orang Nasrani, seorang siswa di sekolah Nasrani, seorang pebisnis muslim yang sangat tergantung dengan pebisinis Nasrani atau kaum muslimin yang berada di daerah-daerah atau negeri-negeri non muslim maka boleh memberikan ucapan selamat Hari Natal kepada orang-orang Nasrani yang ada di sekitarnya tersebut disebabkan keterpaksaan. Ucapan selamat yang keluar darinya pun harus tidak dibarengi dengan keredhoan didalam hatinya serta diharuskan baginya untuk beristighfar dan bertaubat.

Diantara kondisi terpaksa misalnya; jika seorang pegawai muslim tidak mengucapkan Selamat Hari Natal kepada boss atau atasannya maka ia akan dipecat, karirnya dihambat, dikurangi hak-haknya. Atau seorang siswa muslim apabila tidak memberikan ucapan Selamat Natal kepada Gurunya maka kemungkinan ia akan ditekan nilainya, diperlakukan tidak adil, dikurangi hak-haknya. Atau seorang muslim yang tinggal di suatu daerah atau negara non muslim apabila tidak memberikan Selamat Hari Natal kepada para tetangga Nasrani di sekitarnya akan mendapatkan tekanan sosial dan lain sebagainya.

مَن كَفَرَ بِاللّهِ مِن بَعْدِ إيمَانِهِ إِلاَّ مَنْ أُكْرِهَ وَقَلْبُهُ مُطْمَئِنٌّ بِالإِيمَانِ وَلَكِن مَّن شَرَحَ بِالْكُفْرِ صَدْرًا فَعَلَيْهِمْ غَضَبٌ مِّنَ اللّهِ وَلَهُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ ﴿١٠٦﴾

Artinya : “Barangsiapa yang kafir kepada Allah sesudah Dia beriman (dia mendapat kemurkaan Allah), kecuali orang yang dipaksa kafir Padahal hatinya tetap tenang dalam beriman (dia tidak berdosa), akan tetapi orang yang melapangkan dadanya untuk kekafiran, Maka kemurkaan Allah menimpanya dan baginya azab yang besar. (QS. An Nahl : 106)

Adapun apabila keadaan atau kondisi sekitarnya tidaklah memaksa atau mendesaknya dan tidak ada pengaruh sama sekali terhadap karir, jabatan, hak-hak atau perlakuan orang-orang Nasrani sekelilingnya terhadap diri dan keluarganya maka tidak diperbolehkan baginya mengucapkan Selamat Hari Natal kepada mereka.



Minggu, 05 Desember 2010

MUHARRAM DAN KEUTAMAANYA

Ahmad Syauqil Adib, S. PdI.

Hari-hari ini kita telah memasuki bulan Muharram tahun 1432 Hijriah, bertepatan dengan bulan Desember 2010. Seakan tidak terasa, waktu berjalan dengan cepat, hari berganti hari, pekan, bulan, dan tahun berlalu silih berganti seiring dengan bergantinya siang dan malam. Bagi kita, barangkali tahun baru ini tidak seberapa berkesan karena negara kita tidak menggunakan kalender Hijriah, tetapi Masehi. Dan yang akrab dalam keseharian kita adalah hitungan kalender Masehi. Tanggal lahir, pernikahan, masuk dan libur kantor dan sebagainya. Akan tetapi sebagai seorang muslim kita perlu untuk sejenak menghayati beberapa hal yang terkait dengan penanggalan Islam ini. Beberapa hal yang seyogyanya kita jadikan renungan itu adalah:


1. Syukur atas Usia yang diberikan Allah

Umur adalah salah satu nikmat yang besar yang diberikan pada kita, namun jarang kita syukuri akan hal ini, Betapa banyak orang yang kita kenal, baik teman, sahabat , keluarga, guru, atau siapa pun yang kita kenal, tahun lalu masih hidup bersama kita. Bergurau, berkomunikasi, mengajar, menasehati atau melakukan aktifitas hidup sehari-hari, namun tahun ini dia telah tiada. Dia telah wafat, menghadap Allah Suhanahu wa ta’ala dengan membawa amal shalehnya dan mempertanggungjawabkan kesalahannya.

Kalaupun kita syukuri, kadang kita salah dalam mensyukurinya. Kita syukuri tanggal lahir kita atau biasa di sebut dengan ulang tahun bukan dengan cara yang islami, seperti kebiasaan menghambur-hamburkan uang yang kurang menjadikan pahala bagi kita (traktiran, jalan-jalan, foya-foya dan sejenisnya) andaikan kita punya rizki saat itu, dan kita syukuri dengan memberikan santunan pada fakir miskin, yatim piatu dan meminta barokah do’a dari mereka agar ke depan lebih baik lagi atau dengan sodaqoh jariah ke masjid dan ke tempat-tempat pendidikan. Alangkah indahnya jika kita semua melakukan hal itu bukn!!!!!

2. Muhasabah (introspeksi diri) dan istighfar.

Ini adalah hal yang penting dilakukan setiap muslim. Karena sebuah kepastian bahwa waktu yang telah berlalu tidak mungkin akan kembali lagi. Pergantian tahun bukan sekedar pergantian kalender di rumah kita, namun peringatan bagi kita apa yang sudah kita lakukan tahun lalu, dan apa yang akan kita perbuat esok.

Sudahkan kita saat ini lebih baik, sudahkah kita meneteskan air mata saat sholat karena dosa-dosa kita, sudahkah kita bangun malam, munajat dan mohon ampun pada-Nya dan sudahkah kita menjadi bermanaat untuk orang lain dan jangan-jangan kita sebaliknya.

Saat ini adalah waktu yang tepat untuk menata kembali kehidupan kita ke depan, apa yang akan kita lakukan dan apa yang ingin kita peroleh dan apa yan akan kita berikan untuk orang lain.

3. Kalender Hijriyah adalah Kalender Ibadah kita

Barangkali kita tidak memperhatikan bahwa ibadah yang kita lakukan seringkali berkait erat dengan penanggalan Hijriyah. Akan tetapi hari yang istimewa bagi kebanyakan dari kita bukan hari Jum’at, melainkan hari Minggu. Karena kalender yang kita pakai adalah Kalender Masehi. Dan sekedar mengingatkan, hari Minggu adalah hari ibadah orang-orang Nasrani. Sementara Rasulullah saw menyatakan bahwa hari jum’at adalah sayyidul ayyam (hari yang utama diantara hari yang lain). Demikian pula penetapan hari raya kita, baik Idul Adha maupun Idul Fitri pun mengacu pada hitungan kalender Hijriyah. Wukuf di Arafah yang merupakan satu rukun dalam ibadah haji, waktunya pun berpijak pada kalender hijriah. Begitu pula awal Puasa Ramadhan, puasa ayyamul Bidh ( tanggal 13,14,15 tiap bulan) dan sebagainya mengacu pada Penanggalan Hijriah. Untuk itu seyogyanya bagi setiap muslim untuk menambah perhatiannya pada Kalender Islam ini


4. Beberapa Keutamaan dan Peristiwa di Bulan Muharram

  1. Sebuah hadits Abu Qatadah Radiyyallahu Anhu meriwayatkan bahwa Rasulullah Sallallahu alaihi Sallam bersabda : "Aku berdo’a pada Allah bahwa puasa pada hari Asyura dapat menebus dosa tahun yang lalu." Riwayat Imam Muslim, Al-Jami'-Us-Sahih II/2602.

  2. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam ditanya tentang puasa Asyura, maka beliau menjawab: "Ia menghapuskan dosa tahun yang lalu." (HR. Muslim (1162), Ahmad 5/296, 297).

  3. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda : "Puasa yang paling utama setelah Ramadhan adalah bulan Allah yang bernama Muharram. (HR. Muslim,1163).

  4. Juga, "Abu Hurairah Radiyallahu Anhu meriwayatkan Rasulullah Sallallahu alaihi wa Sallam bersabda : " Puasa yang paling utama setelah puasa Ramadan adalah puasa pada bulan Muharam, sedang salat yang paling utama sesudah salat fardlu adalah salat malam." HR Muslim II/2611.

  5. Dalam hadits disebutkan bahwa para sahabat berkata kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam : "Wahai Rasulullah! sesungguhnya Asyura' itu hari yang diagungkan oleh orang Yahudi dan Nasrani", maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Tahun depan insya Allah kita akan puasa (juga) pada hari yang kesembilan." (HR. Muslim (1134) dari Ibnu Abbas).

Rabu, 17 November 2010

Wanita-Wanita Yang Dicela

Ibnu Munib

Ringkasan :
Ada kalanya wanita itu dipuji dan ada kalanya wanita dicela. Terhadap wanita yang di cela semoga kita selamat dari padanya. Oleh karena itu, bagaimanakah sifat-sifat wanita yang dicela itu?...
Dari Saad bin Abi Waqqas radhiyallaahu''anhu, dari Nabi Shalallahu 'Alaihi Wassalam bersabda: “Tiga orang yang termasuk ke dalam golongan orang-orang yang berbahagia:

Pertama, perempuan shalihah, yaitu: Perempuan yang jika kamu melihatnya akan mengagumkanmu, ketika kamu tidak sedang bersamanya, ia dapat menjaga dirinya sendiri dan harta milikmu. Kedua, Perempuan yang lemah lembut sehingga dapat menyambungkanmu dengan teman-temanmu. dan Ketiga, Perempuan yang luwes dan pandai bergaul. Sedangkan perempuan yang celaka adalah: Pertama, Perempuan yang jika kamu melihatnya akan menyakitimu, menceritakan kejelekanmu kepada orang lain, jika engkau tidak sedang bersamanya ia tidak dapat menjaga dirinya sendiri dan hartamu. Kedua, Perempuan yang tidak mendatangkan kemanfaatan dan jika kau pukul ia akan melawanmu, dan jika kau meninggalkannnya ia tidak dapat menjaga hubunganmu dengan teman-temanmu. Dan Ketiga, adalah perempuan yang sempit dan tidak banyak bergaul.” (HR. Hakim).
Hadits ini menyebutkan tiga jenis perempuan yang bahagia dan tiga jenis perempuan yang celaka.

Golongan yang bahagia:
Pertama, perempuan yang shalihah, yaitu perempuan yang kuat agamanya dan lemah-lembut dan dapat menyenangkan suaminya karena kecantikan dan ketulusannya. Dalam keadaan ditinggalkan suami, ia dapat menjaga dirinya dari halhal yang keji, seperti zina, memamerkan diri dengan bersolek dan lain-lain. Disamping juga dapat menjaga harta suaminnya, tidak mencurinya, menghamburhamburkannya dan mempergunakannnya untuk hal-hal yang merusak. Kedua, perempuan yang lemah-lembut dan cepat jika sedang berjalan serta energik. Ketiga, perempuan yang luwes terhadap teman-temannya dan sangat ramah dalam melayani mereka.

Sedangkan perempuan yang celaka:
Pertama, perempuan yang menyakitkan suami ketika dilihat, karena penampilan dan tindakan yang jelek. Ia menggauli suaminya dengan umpatan dan makian, disamping itu dia tidak dapat menjaga dirinya dan harta suaminya ketika sang suami tidak sedang bersamanya. Perempuan jenis ini sangat jelek tata pergaulannya. Kedua, perempuan yang lambat jalannya dan sedikit memberi kemanfaatan. Ketiga, perempuan yang sempit terhadap keluarganya dan sedikit pergaulannya. Dari Ibnu Umar radhiyallaahu'anhu, darri Nabi Shalallahu 'Alaihi Wassalam bersabda: “Dua orang dimana shalatnya tidak akan diterima: Hamba sahaya yang melarikan diri dari tuannya sampai ia kembali lagikepada mereka dan perempuan yang bermaksiat kepada suaminya sampai ia kembali lagi kepadanya.” (HR. Hakim).
Yang dimaksud dengan tidak diterimanya shalatnya dalam hadits di atas adalah bahwa amal kebaikan yang mereka lakukan tidak akan sampai kepada Allah, bahkan amal baik yang paling kecil sekalipun. Mereka berpendapat: Sekalipun shalat mereka tidak diterima, namun tetap sah dan tak perlu diganti, hanya saja pahala dari shalatnya sendiri itu sedikit atau bahkan tidak berpahala sama sekali.
Sedangkan, jika seorang budak lari dari tuannya dengan alasan takut dibunuh, dianiaya, atau dipekerjakan melebihi batas kemampuannya, atau perempuan yang bermaksiat kepada suaminya dengan alasan suaminya menyutubuhi duburnya, atau menyetubuhinnya dalam keadaan haid, mka tidak berdosa dan shalat keduanya tetap diterima sebagaimana lazimnya. Dari Mu’ad bin Jabal radhiyallaahu'anhu, bahwa Nabi Shalallahu 'Alaihi Wassalam bersabda: “Janganlah seorang perempuan menyakiti suaminya di dunia, kalau tidak, maka bidadari-bidadari di surga akan berkata kepadanya: “Janganlah kamu menyakitinya, sesungguhnya ia adalah tamu bagimu yang sebentar lagi akan meninggalkanmu untuk berkumpul bersama kami.’” (HR. Ahmad dan Turmudzi). Dari Abu Hurairah radhiyallaahu''anhu berkata, Nabi Shalallahu 'Alaihi Wassalam bersabda: “Apabila seorang suami mengajak tidur istrinya lalu ia menolak ajakannya itu
sehingga suaminya tidur dalam keadaan marah kepadanya, maka para Malaikat akan melaknatnya sampai subuh tiba.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Hadits-hadits ini menjelaskan tentang larangan bagi perempuan menolak ajakan tidur suaminya, tanpa ada alasan yang mendasar. Dalam hal ini haid bukanlah alasan, sebab sang suami masih mempunyai hak untuk menikmati hubungannya di luar alat kelamin. Makna yang terkandung dalam hadits di atas, bahwa laknat tersebut tetap berlangsung sampai terbit fajar sampai suami tidak lagi membutuhkannya atau dengan kembalinya istri ketempat tidur suaminya. Jadi, bagi perempuan yang beriman kepada Allah dan hari kiamat janganlah mencari kemurkaan Allah karena tidak memenuhi hak suaminya itu. Untuk mengobati sikap keengganan perempuan yang telah disebutkan di atas adalah dengan takwa kepada Allahdan sebagai pelaksanaan hadits nabi Shalallahu 'Alaihi Wassalam. Dari Thalak bin Ali radhiyallaahu'anhu, dari Nabi Shalallahu 'Alaihi Wassalam bersabda: “Jika seorang laki-laki memanggil istrinya untuk suatu kebutuhan, maka hendaklah ia menghampirinya sekalipun ia dalam keadaan sibuk.” (HR. Turmidzi dan Nasa’i).
Hadits ini memerintahkan perempuan agar taat kepada suaminya sekalipun dalam kondisi sibuk. Dari Tsauban radhiyallaahu'anhu, bahwa Nabi Shalallahu 'Alaihi Wassalam bersabda: ”Perempuan-perempuan yang minta thalak kepada suaminya tanpa ada alasan yang mendesak, maka haram baginya bau-bau surga.” (HR. Ahmad, Abu Daud, dan Turmudzi).
Alasan yang mendesak itu antara lain tidak ditegakkannya hukum Allah dalam hubungannya suami istri, seperti hubungan yang baik antar keduanya atau pihak perempuan khawatir disakiti oleh suaminya. Dari Tsauban radhiyallaahu'anhu, dari Nabi Shalallahu 'Alaihi Wassalam bersabda: ”Perempuan-perempuan yang minta cerai kepada suaminya adalah perempuanperempuan yang munafik.” (HR. Turmudzi)
Perempuan yang minta cerai kepada suaminya tanpa adanya alasan yang tepat termasuk ke dalam golongan orang munafik amali, perbuatannya itu adalah perbuatan-perbuatan orang munafik. Ibnu Arabi berpendapat: Pada umumnya, perempuan kurang sabar dan kurang rela. Mereka kadang durhaka kepada suami dan tidak mensyukuri pemberian suaminnya. Sebab itu mereka disebut perempuan munafik. Diantara perbuatan munafik itu adalah tidak mensyukuri, bahkan mencela perbuatan suaminya..

Sumber : Khalid Ramadhan Hasan, Kehancuran dan Keselamatan Wanita, Pustaka Azzam.

Jumat, 12 November 2010

عشرون نصيحة ناجحة للتخلص من القلق

HILANGKAN RASA CEMBURU
Ahmad Syauqil Adib

Rasa cemburu merupakan salah satu penyebab timbulnya rasa cemas. Rasa ini merupakan suatu hasrat untuk dicintai seseorang dengan cara tertentu. Rasa cemburu ini dapat timbul karena kurangnya kepercayaan diri. (Dr. Wyne W Dyer)
Rasa cemburu adalah kewajaran bagi tiap individu yang normal dan lumrah. Cemburu merupakan problem kejiwaan urutan pertama di antara problem kejiwaan lainnya. Orang yang ditimpa rasa cemburu akan sangat menyulitkan dirinya karena kadang kecemburuan itu akan mendorong seseorang untuk memiliki perilaku yang merusak, baik itu disadari maupun tidak disadari. Berbagai jalan dan cara yang dilakukan orang untuk menyikapi rasa cemburu, mulai dari dengan cara positif yang menganggap bahwa cemburu itu normal, dan tidak perlu di perpanjang hingga cara negatif dengan mengejar kecemburuan itu dengan meng-adakan yang sebenarnya tidak ada atau menggunakan berbagai cara lain, hal ini dilakukan mungkin karena ada unsur marah, jengkel ataupun kecewa.
Terkadang rasa cemburu dapat mengganggu kehidupan pribadi seseorang. Misalnya ketika pribadi kita mengatakan “mengapa orang yang aku cintai tidak mencintaiku seperti aku mencintainya?” atau “mengapa orang yang aku cintai lebih memperhatikan orang lain dari pada kepadaku?. Hal seperti ini juga bisa terjadi pada suami istri, dan siapapun baik itu wanita atau laki-laki.
Rasa cemburu seperti itu tidak dapat diterima sama sekali. Sebenarnya sosok seperti itu, yang mudah cemburu membutuhkan pembenahan aspek kejiwaan dan tambahan kepercayaan diri. Permasalahan mereka adalah mereka menilai diri mereka melalui orang lain. Dalam arti lain, misalnya seseorang mencintai orang lain, pada saat itupula timbul rasa cemburu dalam dirinya karena orang yang ia cintai ternyata memberikan perhatiannya kepada orang lain. Orang seperti ini memberiakan penilaian untuk dirinya dari sisi pandang orang yang dicintainya. Oleh karenanya, orang itu menginginkan agar orang yang dicintainya, juga mencintainya dengan perasaan yang sama atau paling tidak orang yang dicintainya itu memberikan perhatian kepadanya. Dengan begitu ia telah menganggap dirinya bertanggungjawab atas prilaku orag lain.
Ini merupakan masalah yang berat sekali. Hal ini saja sudah menjadi masalah tersendiri. Problem lainnya adalah orang itu telah menghubung-hubungkan perhatian orang yang dicintainya itu kepada orang lain, yaitu dengan rasa cinta yang diberikan kepada dirinya. Ia telah menduga bahwa ketika orang yang dicintainya tidak lagi memberikan perhatian yang besar kepadanya, hal itu berarti orang yang dicintainya tidak mencintai dan menghargai dirinya lagi. Ini adalah kesalahan besar karena perhatian seseorang kepada orang lain adalah untuk urusan tertentu antara keduanya atau karena ada permasalahan lainnya.
Orang yang menyiksa diri dengan rasa cemburu karena melihat tingkah laku orang yang dicintainya kepada oran lain, hendaknya mengetahui bahwa berfikir dengan cara seperti itu adalah cara berfikir yang salah. Anda, hendaknya tidak memberikan penilaian kepada diri anda melalui orang lain. Nilailah diri anda berdasarkan Anda sendiri, dari kepribadian dan perbuatan anda. Bukan hanya karena melihat, namun lingkungan juga ikut mempengaruhi dan menanamkan keyakinan secara tidak langsung, asupaan pembicaraan, dan curahan lingkungan bisa menjadikan satu keyakinan bahwa apa yang anda pikirkan semakin benar.
Anda harus memiliki rasa percaya diri dan kebanggaan pada diri sendiri. Perhatian orang lain kepada selain anda adalah urusan orang lain, bukan urusan anda. Apa yang akan menimpa anda apabila orang lain tidak memberikan perhatiannya kepada anda? Tidak ada apa-apa bukan? Ketahuilah bahwa kebahagiaan anda berasal dari pribadi anda dan bukan dari orang lain. Hanya anak-anak kecil yang mengandalkan kebahagiaan dan cinta dari oang lain karena mereka belajar mencintai dari orang lain.
Seorang anak membutuhkan cinta, kehangatan, dan perhatian dari orang lain agar ia merasa tenang, aman, dan cinta. Semua ini penting bagi pertumbuhan anak. Untuk masyarakat dewasa, sebagian mereka tidak sepatutnya berpegang dengan sifat kekanak-kanakan. Anda harus memahami bahwa prilaku orang lain adalah tanggungjawab orang itu sendiri, bukan tanggungjawab anda. Disamping itu, anda harus mengetahui bahwa berubanya perhatian orang lain, bukan urusan anda. Hal itu sama sekali tidak berarti menurunkan martabat atau menghina kehormatan anda.
Yang penting adalah, bagaimana manusia bisa menjadi dirinya dari dalam dirinya sendiri, bukan menjadi dirinya dari orang lain. Cukuplah orang lain adalah cermin dan diri akan tetap menjadi diri walau ada pada cermin yang berbeda, perubahan pada cermin hanya tipuan sementara, begitu juga orang lain. Percaya diri, konsekwen dan komitmen adalah modal awal untuk menajdikan diri sebagai diri kiata sendiri.



Disadur dari buku “ ‘Isyruuna nasiihah naajihah littakhallush min al-qalaq. Adil fathi abdullah, daar adz-dzahabiyyah.”

Senin, 09 Agustus 2010

KEUTAMAAN BULAN RAMADHAN


KEUTAMAAN PUASA

Ahmad Syauqil Adib, S. PdI.


1. Dalil:
Diriwayatkan dalam shahih Al Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah t, bahwa Nabi r bersabda:
(( كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ لَهُ، الحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعِمِائَةِ ضِعْفٍ، قَالَ الله تَعَالَى: ]إِلاَّ الصِّيَامَ فَإِنَّهُ لِيْ وَأَنَا أَجْزِيْ بِهِ، تَرَكَ شَهْوَتَهُ وَطَعَامَهُ وَشَرَابَهُ مِنْ أَجْلِيْ[ لِلصِّيَامِ فَرْحَتَانِ: فَرْحَةٌ عِنْدَ فِطْرِهِ، وَفَرْحَةٌ عِنْدَ لِقَاءِ رَبِّهِ، وَلَخَلُوْفُ فَمِ الصَّائِمِ أَطْيَبُ عِنْدَ اللهِ مِنْ رِيْحِ المِسْكِ ))
“Setiap amal yang dilakukan anak Adam adalah untuknya, dan satu kebaikan dibalas sepuluh kali lipatnya bahkan sampai tujuh ratus kali lipat. Allah ta’ala berfirman: “Kecuali puasa, itu untuk-Ku Aku yang langsung membalasnya. Ia telah meninggalkan syahwat, makan dan minumnya karena-Ku.” Orang yang berpuasa mendapatkan dua kesenangan, yaitu kesenangan ketika berbuka puasa dan kesenangan ketika berjumpa dengan Tuhannya. Sungguh, bau mulut orang berpuasa lebih harum daripada aroma kasturi.”
2. Bagaimana bertaqarrub (mendekatkan diri) kepada Allah?
Perlu diketahui, bahwa bertaqarrub kepada Allah tidak dapat dicapai dengan meninggalkan syahwat ini –yang selain dalam keadaan berpuasa adalah mubah- kecuali setelah bertaqarrub kepada-Nya dengan meninggalkan apa yang diharamkan Allah dalam segala hal, seperti: dusta, kedzaliman dan pelanggaran hak orang lain dalam masalah darah, harta dan kehormatannya. Untuk itu, Nabi r bersabda:
(( مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّوْرِ وَالعَمَلَ بِهِ فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ فِيْ أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ )) رواه البخاري.
“Barangsiapa tidak meninggalkan perkataan dan perbuatan dusta maka Allah tidak butuh dengan puasanya.” (HR. Al Bukhari).
Inti pernyataan ini: bahwa tidak sempurna bertaqarrub kepada Allah dengan meninggalkan hal-hal yang mubah kecuali setelah bertaqarrub kepadanya dengan meninggalkan hal-hal yang haram. Dengan demkian, orang yang melakukan hal-hal yang haram kemudian bertaqarrub kepada Allah dengan meninggalkan hal-hal yang mubah, ibaratnya orang yang meninggalkan hal-hal yang wajib dan bertaqarrub dengan hal-hal yang sunat.
Jika seseorang dengan makan dan minum berniat agar kuat badannya melaksanakan shalat malam dan puasa, ia mendapat pahala karenanya. Juga jika dengan tidurnya pada malam dan siang hari berniat agar kuat beramal (bekerja), maka tidurnya itu merupakan ibadah.
Jadi orang yang berpuasa senantiasa dalam keadaan ibadah pada siang dan malam harinya. Dikabulkan doanya ketika berpuasa dan berbuka. Pada siang harinya ia adalah orang yang berpuasa dan sabar, sedang pada malam harinya ia adalah orang yang memberi makan dan bersyukur.
3. Syarat mendapat pahala puasa:
Di antara syaratnya: agar berbuka puasa dengan yang halal. Jika berbuka puasa dengan yang haram maka ia termasuk orang yang menahan diri dari yang dihalalkan Allah dan memakan apa yang diharamkan Allah, dan tidak dikabulkan doanya.
Orang berpuasa yang berjihad:
Perlu diketahui bahwa orang mu’min pada bulan Ramadhan melakukan dua jihad, yaitu:
1. Jihad untuk dirinya pada siang hari dengan puasa.
2. Jihad pada malam hari dengan shalat malam.
Barangsiapa yang memadukan kedua jihad ini, maka memenuhi segala hak-haknya dan bersabar terhadapnya. Niscaya diberikan kepadanya pahala yang tak terhitung([1]).


KEKHUSUSAN DAN KEISTIMEWAAN BULAN RAMADHAN

1. Puasa bulan Ramadhan adalah rukun keempat dalam Islam. Firman Allah ta’ala:

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (Al Baqarah: 183).
Sabda Nabi r:
(( بُنِيَ الإِسْلاَمُ عَلَى خَمْسٍ: شَهَادَةِ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ الله وَإِقَامِ الصَّلاَةِ وَإِيْتَاءِ الزَّكاَةِ وَصَوْمِ رَمَضَانَ وَحَجِّ البَيْتِ الحَرَامِ )) متفق عليه.
“Islam didirikan di atas lima sendi, yaitu: syahadat tiada sembahan yang haq selain Allah dan Muhammad adalah rasul Allah, mendirikan shalat, menunaikan zakat, puasa Ramadhan dan pergi haji ke Baitul haram.” (Hadits Muttafaq alaih).
Ibadah puasa merupakan salah satu sarana penting untuk mencapai takwa, dan salah satu sebab untuk mendapatkan ampunan dosa-dosa, pelipatgandaan kebaikan, dan pengangkatan derajat. Allah telah menjadikan ibadah puasa khusus untuk diri-Nya dari antara amal-amal ibadah lainnya. Firman Allah dalam hadits yang disampaikan oleh Nabi r:
“Puasa itu untuk-Ku dan Aku langsung membalasnya. Orang yang berpuasa mendapatkan dua kesenangan, yaitu kesenangan ketika berbuka puasa dan kesenangan ketika berjumpa dengan Tuhannya. Sungguh, bau mulut orang berpuasa lebih harum daripada aroma kasturi.” (Hadits Muttafaq alaih).
Dan sabda Nabi r:
(( مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيْمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ)) متفق عليه.
“Barangsiapa berpuasa Ramadhan karena iman dan mengharap pahala dari Allah, niscaya diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (Hadits Muttafaq alaih).
Maka untuk memperoleh ampunan dengan puasa Ramadhan, harus ada dua syarat berikut ini:
a. Mengimani dengan benar akan kewajiban ini.
b. Mengharap pahala karenanya di sisi Allah ta’ala.
2. Pada bulan Ramadhan diturunkan Al Qur’an sebagai petunjuk bagi umat manusia dan berisi keterangan-keterangan tentang petunjuk dan pembeda antara yang haq dan yang bathil.
3. Pada bulan ini disunnahkan shalat tarawih, yakni shalat malam pada bulan Ramadhan, untuk mengikuti jejak Nabi r, para sahabat dan khulafa’ur rasyidin. Sabda Nabi r:
(( مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيْمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ )) متفق عليه.
“Barangsiapa mendirikan shalat malam di bulan Ramadhan karena iman dan mengharap pahala dari Allah, niscaya diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (Hadits Muttafaq alaih).
4. Terdapat pada bulan ini Lailatul Qadar (malam mulia), yaitu malam yang lebih baik daripada seribu bulan, atau sama dengan 83 tahun 4 bulan. Malam di mana pintu-pintu langit dibukakan, doa dikabulkan, dan segala takdir yang terjadi pada tahun itu ditentukan. Sabda Nabi r:
((مَنْ قَامَ لَيْلَةَ القَدْرِ إِيْمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ)) متفق عليه.
“Barangsiapa mendirikan shalat pada malam lailatul qadar karena iman dan mengharap pahala dari Allah, niscaya diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (Hadits Muttafaq alaih).
Malam ini terdapat pada sepuluh malam terakhir, dan diharapkan pada malam-malam ganjil lebih kuat daripada malam-malam lainnya. Karena itu, seyogyanya seorang muslim yang senantiasa mengharap rahmat Allah dan takut dari siksa-Nya. Memanfaatkan kesempatan pada malam-malam itu dengan bersungguh-sungguh pada setiap malam dari kesepuluh malam tersebut dengan; shalat, membaca Al Qur’anul karim, dzikir, doa, istighfar dan taubat yang sebenar-benarnya. Semoga Allah menerima amal ibadah kita, mengampuni, merahmati dan mengabulkan doa kita.
5. Pada bulan ini terjadi peristiwa besar yaitu perang Badar, yang pada keesokan harinya Allah membedakan antara yang haq dan yang batil, sehingga menanglah Islam dan kaum muslimin serta hancurlah syirik dan kaum musyrikin.
6. Pada bulan suci ini terjadi pembebasan kota Makkah Al Mukarramah, dan Allah memenangkan Rasul-Nya. Sehingga masuklah manusia ke dalam agama Allah dengan berbondong-bondong dan Rasulullah mengahancurkan syirik dan paganisme yang terdapat di kota Makkah, dan Makkah pun menjadi negeri Islam.
7. Pada bulan ini pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup dan para setan diikat.
Betapa banyak berkah dan kebaikan yang terdapat dalam bulan Ramadhan. Maka kita wajib memanfaatkan kesempatan ini untuk bertaubat kepada Allah dengan sebenar-benarnya dan beramal shalih. Semoga kita termasuk orang-orang yang diterima amalnya dan beruntung.
Perlu diingat bahwa ada sebagian orang –semoga Allah memberinya petunjuk- mungkin berpuasa tapi tidak shalat, atau hanya shalat pada bulan Ramadhan saja. Orang seperti ini tidak berguna baginya; puasa, haji, maupun zakat. Karena shalat adalah sendi agama Islam yang ia tidak dapat tegak kecuali dengannya. Sabda Nabi r:
(( أَتَانِيْ جِبْرِيْلُ فَقَالَ: يَا مُحَمَّدُ، مَنْ أَدْرَكَ رَمَضَانَ فَخَرَجَ وَلَمْ يُغْفَرْ لَهُ، فَمَاتَ فَدَخَلَ النَّارَ، فَأَبْعَدَهُ الله، قُلْ: آمِيْنَ، فَقُلْتُ: آمِيْنَ )) رواه ابن خزيمة وابن حبان في صحيحه.
“Jibril datang kepadaku dan berkata: Wahai Muhammad, siapa yang menjumpai bulan Ramadhan, namun setelah bulan itu habis dan ia tidak mendapat ampunan, maka jika ia mati ia masuk neraka. Semoga Allah menjauhkannya. Katakanlah: amin, aku mengatakan: amin.” (HR. Ibnu Khuzaimah dan Ibnu Hibban dalam shahihnya)([2]).
Maka seyogyanya waktu-waktu pada bulan Ramadhan dipergunakan untuk berbagai amal kebaikan, seperti: shalat, sedekah, membaca Al Qur’an, zikir, doa dan istighfar. Ramadhan adalah kesempatan untuk menanam bagi para hamba Allah, untuk membersihkan hati mereka dari kerusakan.
Juga wajib menjaga anggota badan dari segala dosa, seperti: berkata yang haram, melihat yang haram, mendengar yang haram, minum dan makan yang haram; agar puasanya menjadi bersih dan diterima dan orang yang berpuasa memperoleh ampunan dan pembebasan dari api neraka.
Tentang keutamaan Ramadhan, Nabi r bersabda:
(( رَأَيْتُ رَجُلاً مِنْ أُمَّتِيْ يَلْهَثُ عَطَشًا، فَجَاءَهُ صِيَامُ شَهْرِ رَمَضَانَ فَسَقَاهُ وَأَرْوَاهُ )) رواه الحاكم والترمذي والديلمي والطبراني في الكبير، وهو حديث حسن.
“Aku melihat seorang laki-laki dari umatku terengah-engah kehausan, maka datanglah kepadanya puasa bulan Ramadhan lalu memberinya minum sampai kenyang.” (HR. Al Hakim, At Turmudzi, Ad Dailami dan At Thabrani dalam Al Mu’jam Al Kabir dan hadits ini hasan).
(( الصَّلَوَاتُ الخَمْسُ وَالجُمُعَةُ إِلَى الجُمُعَةِ وَرَمَضَانُ إِلَى رَمَضَانَ مُكَفِّرَاتٌ لِمَا بَيْنَهُنَّ إِذَا اجْتُنِبَتِ الْكَبَائِرُ )) رواه مسلم.
“Shalat lima waktu, shalat Jum’at ke shalat jum’at lainnya dan Ramadhan ke Ramadhan berikutnya menghapuskan dosa-dosa yang dilakukan di antaranya jika dosa-dosa besar ditinggalkan.” (HR. Muslim).
Jadi hal-hal yang fardhu ini dapat menghapuskan dosa-dosa kecil, dengan syarat dosa-dosa besar ditinggalkan. Dosa-dosa besar yaitu: perbuatan yang diancam dengan hukuman di dunia dan siksaan di akhirat. Misalnya: zina, mencuri, minum arak, mencaci kedua orang tua, memutuskan hubungan kekeluargaan, transaksi dengan riba, mengambil risywah (uang suap), bersaksi palsu, memutuskan perkara dengan selain hukum Allah.
Seandainya tidak terdapat dalam bulan Ramadhan keutamaan-keutamaan selain keberadaannya sebagai salah satu fardhu dalam Islam, dan waktu diturunkannya Al Qur’anul Karim, serta adanya Lailatul Qadar –yang merupakan malam yang lebih baik dari seribu bulan- di dalamnya,, niscaya itu sudah cukup. Semoga Allah melimpahkan taufik-Nya([3]).
[1]. lihat Lathaa’iful Ma’arif, oleh Ibnu Rajab, hlm. 163, 165 dan 183.
[2]. Lihat, kitab An Nasha’ihud diniyah, hlm. 37-39.
[3]. lihat kitab Kalimaat Mukhtaarah, hlm. 74-76.

Senin, 05 Juli 2010

Masalah Adalah Tantangan


Ahmad Syauqil Adib, S. PdI.


Bila anda menganggap masalah sebagai beban, anda mungkin akan menghindarinya. Bila anda menganggap masalah sebagai tantangan, anda mungkin akan menghadapinya. Namun, masalah adalah hadiah yang dapat anda terima dengan suka cita. Dengan pandangan tajam, anda melihat keberhasilan di balik setiap masalah.
Masalah adalah anak tangga menuju kekuatan yang lebih tinggi. Maka, hadapi dan ubahlah menjadi kekuatan untuk sukses anda. Tanpa masalah, anda tak layak memasuki jalur keberhasilan. Bahkan hidup ini pun masalah, karena itu terimalah sebagai hadiah.
Hadiah terbesar yang dapat diberikan oleh induk elang pada anak-anaknya bukanlah serpihan-serpihan makanan pagi. Bukan pula, eraman hangat di malam-malam yang dingin. Namun, ketika mereka melempar anak-anak itu dari tebing yang tinggi. Detik pertama anak-anak elang itu menganggap induk mereka sungguh keterlaluan, menjerit ketakutan, matilah aku. Sesaat kemudian, bukan kematian yang mereka terima, namun kesejatian diri sebagai elang, yaitu terbang. Bila anda tak berani mengatasi masalah, anda tak kan menjadi seseorang yang sejati.
Allah memberi kita pelajaran melalui waktu, dan Allah juga menunjukkan kita kesejatian hidup melalui sikap. Di dunia ini tidak satu makhlukpun yang bisa menghindar dari MASALAH, karena masalah itulah yang bisa mendewasakan makhluk untuk lebih bijak dalam hidup. Kecermatan kita pada setiap hela nafas akan menyadarkan kita kepada hakikat makna kehidupan dan selalu mengingatkan kita bahwa dibalik semua yang kita lakukan ada sutradara dan sekaligus produser yang maha dahsyat dan maha hebat.
Dewasanya manusia bukan dilihat dari usia, bukan pula di lihat dari jabatan, pangkat dan tahta yang dia miliki, bukan pula kedewasaan itu di lihat banyaknya teman. Namun dewasanya manusia akan di lihat bagaimana manusia itu menyikapi masalah dalam kehidupannya, bagaimana manusia menyikapi hidup sesaat ini dan bagaimana manusia itu menjadikan tiap langkahnya sebagai tangga yang harus dilalui untuk menuju ke puncak kebijaksanaan.
Masalah tidak untuk dicari, masalah juga tidak untuk di buat, tapi masalah datang harus kita sambut dengan senyum, kita hadapi dengan tenang dan bukan dengan emosi apalagi menyalahkan yang berlebihan kepada siaapun termasuk diri sendiri. Allah tidak menyukai hambanya yang menyalahkan dan merendahkan diri sendiri, Allah juga tidak menghendaki hambanya putus asa serta Allah juga tidak menginginkan hambanya yang beriman keluar dari keimanannya hanya karen masalah yang ada.

Sabtu, 12 Juni 2010

Bulan Rajab Al-Haramul Mukarom


Marhaban ya Syahru Rajab
Ibnu Munib


Sesungguhnya bulan rajab adalah bulan yang penuh dengan fadhilah, dan beribadah di bulan ini pahalanya sangatlah besar, khususon ibadah puasa dan memperbanyak istigfar, dan taubah dari perbuatan-perbuatan dosa. Malam pertama dari bulan rajab adalah termasuk dari malam –malam yang “mustajabah”untuk berdoa. Dalam sebuah hadist, rosulullah berkata ”5 malam yang tidak tertolak do’a kita di dalamnya, malam pertama dari rajab, malam nisfu sya’ban, malam jum’at, malam hari raya idul fitri, dan malam hari raya idul adha”hadist ini dikeluarkan oleh imam syuyuthi rohimallahullah di dalam kitab beliau “al-Jami’”, dengan jalur sanad beliau dari ibn ‘asaakir, dan beliau dari abi umamah RA. Oleh karena itu kita disunahkan ihyaul lail pada 5 malam tersebut.
Dan keutamaan yang lain. Di bulan ini Rosulullah mendapatkan perintah dari Allah untuk disampaikan kepada umatnya yaitu perintah sholat 5 waktu dalam tiap harinya yang juga termasuk rukun islam, kejadian ini bertepatan dengan tanggal 27 rajab. Rajab termasuk salah satu dari bulan-bulan Hurum. Allah berfirman dalam suroh taubah ayat 36”sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah ialah 12 bulan, dalam ketetapan Allah di waktu DIA menciptakan langit dan bumi, diantaranya 4 bulan haram….”4 bulan haram tersebut adalah Dhulqo’dah, dhulhijjah, muharam, dan rajab, 3 diantara 4 tersebut adalah berurutan dan hanya rajab yang terpisah.
Bulan rajab adalah bulan yang penuh dengan limpahan dari Allah SWT, dilimpahkan didalamnya rahmah atas orang-orang yang bertaubat, dan dipancarkannya cahaya diterimanya dari amalan-amalan kita,
Diantar nama-nama bulan rajab
1. Bulan hurum
2. Bulan al-asoob (bulan yang penuh dengan limpahan)
3. Bulan al-asoom (bulan”tuli”), karena tidak terdengar di bulan ini gemuruh peperangan,
4. Bulan Rojim, karena dibulan ini syaitan-syaitan di rajam (dicambuk) sampai mereka tidak mendatangi para auliya’dan sholihin di dalam bulan ini.
5. Bulan Allah, sebagaimana dalam sebuah hadist”rajab syahrullah wa Sya’ban syahrii wa romadhon syahru ummati ”hadist ini diambil dari kitab al-jami’
6. Bulan istigfar, seperti dikatakan oleh para ulama’”rajab syahrul istigfar wa sya’ban syahru assholau alannabi almuhtar SAW wa romadhon syahrul Qur’an.
Keutamaan bulan rajab
1. Wahab bin manbah Rodiallahu Ta’ala berkata ”semua sungai di dunia dialiri aliran air zamzam di bulan rajab yang mulya”,
2. Dalam kitabullah dikatakan ”barang siapa yang meminta ampun kepada Allah di bulan rajab di pagi hari dan di sore hari dengan mengangkat tangan dan sambil mengucapkan, Allahummagfirli warhamnii watub alaiya 70X, maka kulit orang tersebut tidak akan disentuh api neraka (diambil dari kitab”tuhfatul ihwan fi qiroatil mii’aadi fi rajab wa sya’ban wa Ramadan ”karangan al alamah alfasynii Rohimallahu Ta’ala)
3. Sayidul qudbi ar-robanii assyeh abdul qodir al-jailani qoddasallahu dalam kitabnya “al-Gunyah”, menyebutkan disunahkan bagi kita membaca do’a di malam awal dari bulan rajab, adapun di kitab tersebut juga disebutkan doanya1.
Kesunahan di bulan rajab
1. Ihyaul lail (menghabiskan awal malam bulan rajab) dengan beribadah, seperti yang dilakukan sayidina Aly Karomallahu wajhah, beliau mengekang nafsunya dan menghabiskannya untuk beribadah di 4 malam(sebagaimana yang disebutkan diatas) dalam setahun diantaranya malam awal rajab, dan beliau juga memperbanyak membaca do’a2.
2. Memperbanyak membaca doa sayidul istigfar (Allahumma anta robi laa ilaha illa anta khola’tani…….sampai selesai sebagai mana pada istighosah kyai musta’in) pada pagi hari dan sore hari,
Faedah
Dari syeh Aly al-ajhurii rohimallahu ta’ala sebagaimana dijelaskan dalam terjemahan beliau secara ringkas disebutkan : barang siapa yang membaca”Ahmad Rosulullah, Muhammad Rosulullah 35x” di akhir jum’at dari bulan rajab ketika khotib diatas mimbar, tidak akan diputus dirham(maksudnya adalah uang/rizki) dari tangannya di tahun tersebut.
Tambahan
Disebutkan dalam kitab-kitab, bahwa sesungguhnya sholat ”roghoib” (sholat 12 rakaat) yang dilakukan diantara maghrib dan isya’ malam jum’at pertama dari bulan rajab adalah termasuk bid’ah madmumah (bid’ah yang jelak) maka janganlah kita melakukannya, tapi dikatakan juga sebagai penggantinya, dianjurkan kepada kita pada waktu itu (malam jum’at pertama di bulan rajab) untuk melakukan sholat awwabin (sholat antara maghrib dan isya’ paling sedikit 2 rakaat dan paling banyak 20 rakaat, yang dikatakan termasuk fadhilahnya dengan melakukan itu sama saja dengan ibadah selama 12 tahun) atau sholat tasbih(pada malam hari 4 rakaat dengan 2x salam, sebagaimana yang ma’ruf, termasuk fadhilahnya juga menghapus dosa-dosa yang telah kita lakukan dan yang akan dilakukan) atau sholat sunnah mutlak (jumlah rakaat menurut kemampuan kita,tidak dibatasi).

Lakukanlah sedikit dari apa yang bisa kamu lakukan,dan jangan mengatakan tidak bisa.



Jumat, 11 Juni 2010

Kebodohan,...Penyakit Yang Membinasakan


Ibnu Munib

Bodoh adalah salah satu penyakit hati yang sangat membahayakan dan sangat mengerikan akibatnya. Akan tetapi sering dan mayoritas penderitanya tidak merasa kalau dirinya sedang terjangkit penyakit berbahaya ini. Dan karena penyakit bodoh inilah muncul penyakit-penyakit hati yang lain seperti iri, dengki, riya, sombong, ujub (membanggakan diri) dan lainnya. Kebodohan ini penyakit hati yang berbahaya lebih dahsyat dibanding penyakit badan. Karena puncak dari penyakit badan berakhir dengan kematian, adapun penyakit hati akan mengantarkan penderitanya kepada kesengsaraan dan kebinasaan yang kekal. Semoga tulisan singkat ini menjadikan peringatan bagi kita semua, sehingga kita semua tersadar untuk merubah keadaan yang berbahaya dan mengerikan ini untuk kemudian untuk meraih kehidupan yang diridloi oleh Allah Taala.
Bodoh adalah salah satu penyakit hati yang sangat membahayakan dan sangat mengerikan akibatnya. Akan tetapi sering dan mayoritas penderitanya tidak merasa kalau dirinya sedang terjangkit penyakit berbahaya ini. Dan karena penyakit bodoh inilah muncul penyakit-penyakit hati yang lain seperti iri, dengki, riya, sombong, ujub (membanggakan diri) dan lainnya.
Karena kebodohan ini adalah sumber segala penyakit hati dan sumber segala kejahatan. Kebodohan ini penyakit hati yang berbahaya lebih dahsyat dibanding penyakit badan. Karena puncak dari penyakit badan berakhir dengan kematian, adapun penyakit hati akan mengantarkan penderitanya kepada kesengsaraan dan kebinasaan yang kekal. Manusia yang terkena penyakit ini hidupnya hina dan sengsara di dunia maupun di akherat Allah Taala banyak menyebutkan dalam Al-Quran tentang tercelanya dan hinanya serta balasan dan akibat bagi orang-orang yang bodoh yang tidak mau tahu tentang ilmu agama di dunia dan akherat. Diantaranya Allah menyatakan dalam surat Al-Furqon: 44 Apakah kamu mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar dan memahami ?. Mereka itu tidak lain hanyalah seperti binatang ternak bahkan lebih sesat jalannya. Di dalam ayat ini, Allah Taala menyerupakan orang-orang bodoh yang tidak mau tahu ilmu agama seperi binatang ternak bahkan lebih sesat dan jelek. Di dalam surat Al-Anfal : 22. Allah juga menyatakan: Sesungguhnya binatang (makhluk) yang paling jelek di sisi Allah adalah orang yang bisu dan tuli yang tidak mau mengerti apapun (tidak mau mendengar dan memahami kebenaran). Dalam ayat ini Allah memberitakan bahwa orang-orang bodoh yang tidak mau memahami kebenaran adalah binatang yang paling jelek diantara seluruh binatang-binatang melata seperti keledai, binatang buas, serangga, anjing dan seluruh binatang yang lain. Maka orang-orang bodoh yang tidak mau kebenaran lebih jahat dan lebih jelek dari seluruh binatang.
Kemudian Allah Taala juga menyatakan bahwa orang-orang yang bodoh seperti orang-orang yang buta yang tidak bisa melihat sebagaimana dalam surat Ar Rodu : 19. Allah berfirman: Adakah orang yang mengetahui bahwasanya apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu sama dengan orang yang buta ? Dan sungguh Allah Taala banyak mensifati orang-orang yang jahil itu dengan bisu, buta dan tuli. Kemudian keberadaan orang-orang yang jahil terhadap dakwahnya para rosul sejak rosul yang pertama sampai rosul yang terakhir, mereka adalah musuh yang paling berbahaya bahkan musuh para rosul yang sebenarnya. Hingga Musa alaihissalam berlindung kepada Allah agar tidak menjadi orang yang jahil, sebagaimana dalam surat Al-Baqoroh: 67 Aku berlindung kepada Alloh agar tidak menjadi orang yang jahil. Dan Allah juga memerintahkan kepada nabinya shollallaahu alaihi wassalam untuk berpaling dari orang yang jahil Dan berpalinglah engkau dari orang-orang yang jahil !
Kemudian Allah Taala juga menyerupakan orang jahil yang tidak menerima dakwah rasul seperti orang yang mati dan telah terkubur, walau jasad mereka hidup. Karena dakwah rasul itu ilmu dan iman. Ilmu dan iman inilah yang menjadikan hati itu hidup, kalau ilmu dan iman tidak terdapat di hati orang maka orang itu menjadi bodoh. Dan orang yang bodoh matilah hatinya.
Akibat dari kebodohan inilah maka kehidupan dia di dunia seperti orang buta tidak bisa melihat kebenaran. Siapa yang tidak mengerti kebenaran maka dia sesat dan menjalani hidup ini tanpa arah. Orang yang buta mata hatinya akibat kebodohannya, nanti akan dibangkitkan dalam keadaan buta. Dan tempatnya adalah neraka jahannam. Sebagaimana firman Allah Taala dalam surat Al-Isra: 72 dan 97 Barang siapa di dunia ini buta mata hatinya maka dia di akherat lebih buta dan lebih tersesat dari jalan yang benar Dan kami akan mengumpulkan mereka pada hari kiamat diseret atas muka mereka di seret dalam keadaan buta, bisu dan pekak, tempat kediaman mereka adalah neraka jahanam.
Demikianlah akibat dan balasan bagi orang-orang yang bodoh yang tidak mau tahu ilmu agama ini. Karena memang demikianlah keadaan mereka di dunia. Dan manusia dibangkitkan sesuai dengan keadaan hatinya. Kebodohan juga salah satu sifat dari sifat-sifat penduduk neraka sebagaimana Allah menyatakan dalam surat Al-Araf: 179 “Dan sesungguhnya kami jadikan untuk isi neraka jahanam kebanyakan dari jin dan manusia, mereka punya hati tapi tidak digunakan untuk melihat dan mereka punya telinga tapi tapi tidak digunakan untuk mendengar ayat-ayat Allah. Mereka itu seperti binatang ternak bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.”
Dalam ayat ini Allah Taala mengabarkan tentang sifat-sifat penduduk neraka jahanam yaitu orang-orang yang tidak memperoleh ilmu karena tidak mau menggunakan sarana-sarana untuk mendapatkan ilmu yaitu: akal, pendengaran, dan pengelihatan sehingga mereka menjadi orang-orang yang bodoh.
Ini semua adalah menunjukkan tentang jeleknya kebodohan itu dan tercelanya, orang yang jahil di dunia dan di akherat. Betapa bahayanya dan mengerikannya kalau kebodohan itu menimpa seseorang, dia akan menerima akibatnya yang membinasakannya. Padahal kalau kita melihat keadaan kaum muslimin sekarang ini yang ada di sekitar kita, sungguh mereka telah dilanda penyakit yang mengerikan ini. Kalau kita tahu sedikit saja tentang agama ini dan berusaha untuk mengamalkan maka kita akan tahu kenyataan yang menyedihkan, kebodohan telah merata baik secara individu, keluarga, masyarakat dan negara. Namun mereka tidak merasa kalau mereka sedang dijangkit penyakit berbahaya yang akan membinasakan dirinya. Mereka tertawa dan terlena dengan kegemilangan dunia, tidak sadar kalau mereka di atas kesesatan bahkan di dalam kekafiran, kebidahan dan kemaksiatan. Namun karena kebodohan, mereka tidak merasa, bahkan merasa di atas kebenaran dan ketaatan. Tatkala disampaikan Al-haq, mereka merasa resah dan tertuduh sesat. Kenyataan ini melanda mayoritas kaum muslim, orang mudanya, orang tuanya, rakyatnya dan pimpinannya. Sungguh menyedihkan kenyataan ini.
Maka bagaimana kalau hal ini terus berlarut-larut dibiarkan ? Semoga tulisan singkat ini menjadikan peringatan bagi kita semua, sehingga kita semua tersadar untuk merubah keadaan yang berbahaya dan mengerikan ini untuk kemudian untuk meraih kehidupan yang diridloi oleh Allah Taala yang akan mengantarkan kepada kebahagiaan yang abadi, di dunia maupun di akherat. Dan keadaan seperti ini tidak akan ada jalan lain untuk merubahnya kecuali dengan bekal ilmu yang bermanfaat. Karena kebodohan adalah penyakit hati yang tidak ada obatnya kecuali dengan ilmu. Sebagaimana sabda Rosulullah Shallallahu alaihi wa sallam : Tidak lain obatnya kebodohan selain bertanya (HR. Ibnu Majjah, Ahmad dan yang lainnya). Oleh karena inilah Allah menamakan Al-Quran sebagai obat bagi segala penyakit hati. Sebagaimana Allah berfirman dalam surat Yunus: 57 Hai manusia sesungguhnya telah datang kepadamu nasehat dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman. Karena inilah kedudukan ulama seperti dokter, yakni dokter hati. Maka butuhnya hati terhadap ilmu seperti butuhnya nafas terhadap udara bahkan lebih besar. Ilmu itu bagi hati laksan air bagi ikan, apabila hilang air maka matilah ikan. Jadi kedudukan ilmu bagi hati laksana cahaya bagi mata, laksana mendengarnya telinga terhadap ucapan lisan, apabila semua ini hilang maka hati itu laksana mata yang buta, telinga yang tuli dan lisan yang bisu.

Minggu, 06 Juni 2010

عشرون نصيحة ناجحة للتخلص من القلق


HILANGKAN RASA CEMBURU
Ibnu Munib


Rasa cemburu merupakan salah satu penyebab timbulnya rasa cemas. Rasa ini merupakan suatu hasrat untuk dicintai seseorang dengan cara tertentu. Rasa cemburu ini dapat timbul karena kurangnya kepercayaan diri. (Dr. Wyne W Dyer)
Rasa cemburu adalah kewajaran bagi tiap individu yang normal dan lumrah. Cemburu merupakan problem kejiwaan urutan pertama di antara problem kejiwaan lainnya. Orang yang ditimpa rasa cemburu akan sangat menyulitkan dirinya karena kadang kecemburuan itu akan mendorong seseorang untuk memiliki perilaku yang merusak, baik itu disadari maupun tidak disadari. Berbagai jalan dan cara yang dilakukan orang untuk menyikapi rasa cemburu, mulai dari dengan cara positif yang menganggap bahwa cemburu itu normal, dan tidak perlu di perpanjang hingga cara negatif dengan mengejar kecemburuan itu dengan meng-adakan yang sebenarnya tidak ada atau menggunakan berbagai cara lain, hal ini dilakukan mungkin karena ada unsur marah, jengkel ataupun kecewa.
Terkadang rasa cemburu dapat mengganggu kehidupan pribadi seseorang. Misalnya ketika pribadi kita mengatakan “mengapa orang yang aku cintai tidak mencintaiku seperti aku mencintainya?” atau “mengapa orang yang aku cintai lebih memperhatikan orang lain dari pada kepadaku?. Hal seperti ini juga bisa terjadi pada suami istri, dan siapapun baik itu wanita atau laki-laki.
Rasa cemburu seperti itu tidak dapat diterima sama sekali. Sebenarnya sosok seperti itu, yang mudah cemburu membutuhkan pembenahan aspek kejiwaan dan tambahan kepercayaan diri. Permasalahan mereka adalah mereka menilai diri mereka melalui orang lain. Dalam arti lain, misalnya seseorang mencintai orang lain, pada saat itupula timbul rasa cemburu dalam dirinya karena orang yang ia cintai ternyata memberikan perhatiannya kepada orang lain. Orang seperti ini memberiakan penilaian untuk dirinya dari sisi pandang orang yang dicintainya. Oleh karenanya, orang itu menginginkan agar orang yang dicintainya, juga mencintainya dengan perasaan yang sama atau paling tidak orang yang dicintainya itu memberikan perhatian kepadanya. Dengan begitu ia telah menganggap dirinya bertanggungjawab atas prilaku orag lain.
Ini merupakan masalah yang berat sekali. Hal ini saja sudah menjadi masalah tersendiri. Problem lainnya adalah orang itu telah menghubung-hubungkan perhatian orang yang dicintainya itu kepada orang lain, yaitu dengan rasa cinta yang diberikan kepada dirinya. Ia telah menduga bahwa ketika orang yang dicintainya tidak lagi memberikan perhatian yang besar kepadanya, hal itu berarti orang yang dicintainya tidak mencintai dan menghargai dirinya lagi. Ini adalah kesalahan besar karena perhatian seseorang kepada orang lain adalah untuk urusan tertentu antara keduanya atau karena ada permasalahan lainnya.
Orang yang menyiksa diri dengan rasa cemburu karena melihat tingkah laku orang yang dicintainya kepada oran lain, hendaknya mengetahui bahwa berfikir dengan cara seperti itu adalah cara berfikir yang salah. Anda, hendaknya tidak memberikan penilaian kepada diri anda melalui orang lain. Nilailah diri anda berdasarkan Anda sendiri, dari kepribadian dan perbuatan anda. Bukan hanya karena melihat, namun lingkungan juga ikut mempengaruhi dan menanamkan keyakinan secara tidak langsung, asupaan pembicaraan, dan curahan lingkungan bisa menjadikan satu keyakinan bahwa apa yang anda pikirkan semakin benar.
Anda harus memiliki rasa percaya diri dan kebanggaan pada diri sendiri. Perhatian orang lain kepada selain anda adalah urusan orang lain, bukan urusan anda. Apa yang akan menimpa anda apabila orang lain tidak memberikan perhatiannya kepada anda? Tidak ada apa-apa bukan? Ketahuilah bahwa kebahagiaan anda berasal dari pribadi anda dan bukan dari orang lain. Hanya anak-anak kecil yang mengandalkan kebahagiaan dan cinta dari oang lain karena mereka belajar mencintai dari orang lain.
Seorang anak membutuhkan cinta, kehangatan, dan perhatian dari orang lain agar ia merasa tenang, aman, dan cinta. Semua ini penting bagi pertumbuhan anak. Untuk masyarakat dewasa, sebagian mereka tidak sepatutnya berpegang dengan sifat kekanak-kanakan. Anda harus memahami bahwa prilaku orang lain adalah tanggungjawab orang itu sendiri, bukan tanggungjawab anda. Disamping itu, anda harus mengetahui bahwa berubanya perhatian orang lain, bukan urusan anda. Hal itu sama sekali tidak berarti menurunkan martabat atau menghina kehormatan anda.
Yang penting adalah, bagaimana manusia bisa menjadi dirinya dari dalam dirinya sendiri, bukan menjadi dirinya dari orang lain. Cukuplah orang lain adalah cermin dan diri akan tetap menjadi diri walau ada pada cermin yang berbeda, perubahan pada cermin hanya tipuan sementara, begitu juga orang lain. Percaya diri, konsekwen dan komitmen adalah modal awal untuk menajdikan diri sebagai diri kiata sendiri.



Disadur dari buku “ ‘Isyruuna nasiihah naajihah littakhallush min al-qalaq. Adil fathi abdullah, daar adz-dzahabiyyah.”

Jumat, 04 Juni 2010

ILMU Perhiasan Tak Ternilai Bagi Muslimah


Oleh : Ibnu Munib


Seorang yang mendambakan kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat harus memiliki pedoman dalam menapaki kehidupannya di dunia. Dan pedoman hidup seorang hamba semua telah diatur dalam syariat Islam.
Seorang yang sukses bukanlah orang yang hidup dengan bersemboyan ‘semau gue’ dengan mengikuti hawa nafsunya, tapi orang yang sukses adalah orang yang mengambil Al Qur’an dan Sunnah Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam dengan pemahaman As Salafus Shalih sebagai pengikat aturanhidupnya. Petunjuk Allah Subhanahu wa Ta'ala dan Rasul-Nya Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam ini tidak mungkin dapat diketahui tanpa menuntut ilmu syar’i. Karena itulah, Allah dan Rasul-Nya memerintahkan setiap Muslim dan Muslimah yang baligh dan berakal (mukallaf) untuk menuntut ilmu.
Dalam sebuah hadits dari Anas bin Malik radhiallahu 'anhu, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam bersabda :
“Menuntut ilmu wajib bagi setiap Muslim.” (HR. Ahmad dengan sanad hasan. Lihat kitab Jami’ Bayan Al ‘Ilmi wa Fadllihi karya Ibnu ‘Abdil Bar, tahqiq Abi Al Asybal Az Zuhri, yang membahas panjang lebar tentang derajat hadits ini)
Imam Ahmad rahimahullah mengatakan bahwa ilmu yang wajib dituntut di sini adalah ilmu yang dapat menegakkan agama seseorang, seperti dalam perkara shalatnya, puasanya, dan semisalnya. Dan segala sesuatu yang wajib diamalkan manusia maka wajib pula mengilmuinya, seperti pokok-pokok keimanan, syariat Islam, perkara-perkara haram yang harus dijauhi, perkara muamalah, dan segala yang dapat menyempurnakan kewajibannya.
Sebagai hamba Allah, seorang Muslimah wajib mengenal Rabbnya yang meliputi pengetahuan terhadap nama-nama, sifat-sifat, dan perbuatan Allah Subhanahu wa Ta'ala sebagaimana diberitakan dalam Al Qur’an dan haditshadits yang shahih. Selain itu, ia harus mengetahui bahwa Allah Subhanahu
wa Ta'ala bersendiri dalam mencipta, mengatur, memiliki, dan memberi rezeki. Ia pun wajib menunaikan hak-hak Allah, yaitu beribadah hanya kepada-Nya dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatupun, sebagaimana tujuan penciptaannya. Allah berfirman :
“Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia melainkan untuk beribadah kepada-Ku.” (Adz Dzariyat : 56)
Seseorang tidak akan berada di atas hakikat agamanya sebelum ia berilmu atau mengenal Allah Ta’ala. Pengenalan ini tidak akan terjadi kecuali dengan menuntut ilmu dien (agama). Di samping mengenal Allah, seorang Muslimah juga wajib mengenal Nabi-nya, yaitu Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam, karena beliau merupakan perantara antara Allah dengan manusia dalam penyampaian risalah-Nya. Sesuai dengan makna persaksiannya bahwa Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam adalah hamba dan Rasul-Nya, maka ia wajib mentaati segala yang beliau perintahkan, membenarkan segala yang beliau khabarkan, menjauhi apa yang beliau larang dan tidak beribadah kepada Allah kecuali dengan apa yang beliau syariatkan. Hal ini sesuai dengan perintah Allah Subhanahu wa Ta'ala :
“Apa yang diberikan Rasul kepada kalian maka terimalah, dan apa yang
dilarangnya bagi kalian maka tinggalkanlah, dan bertakwalah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah sangat keras hukumannya.” (Al Hasyr : 7)
Ayat ini merupakan kaidah umum yang agung dan jelas tentang wajibnya seluruh kaum Muslimin mengambil sunnah yang telah tetap dan hadits-hadits shahih dalam aqidah, ibadah, muamalah, adab, akhlak, seluruhnya. Hal ini tidak akan diketahui kecuali dengan menuntut ilmu terlebih dahulu.
Selain mengenal Allah dan Rasul-Nya, seorang Muslimah juga wajib mengenal agama Islam sebagai agama yang dianutnya, dengan memperhatikan dalil-dalil dari Al Qur’an dan As Sunnah yang shahihah, sehingga ia memiliki pendirian kokoh, tidak mudah terombang-ambing. Dan agar ia berada di atas cahaya, bukti, dan kejelasan dari agamanya. Inilah masalah pertama yang disebutkan oleh Asy Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah dalam bukunya Al Ushuluts Tsalatsah, yaitu berilmu sebelum beramal dan berdakwah.
Seorang Muslimah juga wajib membekali dirinya dengan ilmu sebelum memasuki jenjang pernikahan, sehingga ia dapat menunaikan kewajibannya sesuai dengan tuntunan syariat. Sebagai isteri, seorang Muslimah dituntut agar menjadi isteri yang shalihah, sehingga ia dapat menjadi perhiasan dunia yang paling baik, bukan justru menjadi fitnah atau musuh bagi suaminya. Abdullah bin ‘Amr bin Al ‘Ash radhiallahu 'anhuma berkata, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam bersabda :
“Dunia adalah perhiasan dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita yang shalihah.” (HR. Muslim)


Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman tentang sifat-sifat wanita shalihah :
“… maka wanita shalihah, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena itu Allah telah memelihara mereka.” (An Nisa’ : 34)
Maksud ayat ini diterangkan oleh Asy Syaikh Abu Bakar Jabir Al Jazairi dan Asy Syaikh Salim Al Hilali rahimahumullah bahwa wanita yang shalihah adalah yang menunaikan hak-hak Allah Subhanahu wa Ta'ala dan mentaati-Nya, mentaati Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam, dan menunaikan hak-hak suaminya dengan mentaatinya dan menghormatinya, serta menjaga harta suami, anak-anak mereka, dan kehormatannya tatkala suaminya tidak ada.
Untuk menjadi wanita shalihah yang seperti ini, seorang Muslimah membutuhkan ilmu. Sebagai seorang ibu, ia mempunyai tanggung jawab mendidik anak-anaknya agar menjadi anak-anak yang shalih dan shalihah. Di bawah kepemimpinan suami, isteri adalah penjaga rumah tangga suami dan anak-anaknya, sebagaimana dalam hadits dari Ibnu ‘Umar radhiallahu 'anhuma dari Nabi Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam bahwasanya beliau bersabda :
“Laki-laki adalah pemimpin atas keluarganya, wanita adalah pemimpin dalam rumah tangga suaminya dan anak-anaknya, maka setiap kalian adalah pemimpin, akan ditanya tentang yang dipimpinnya.” (Muttafaqun ‘Alaihi)
Hasil didikan seorang ibu terhadap anak-anaknya inilah yang termasuk perkara yang akan ditanyakan oleh Allah kelak di hari kiamat. Karena itulah Muslimah harus menuntut ilmu syar’i sebagai bekal mendidik anak-anak sehingga fitrah mereka tetap terjaga dan menjadi penyejuk hati karena keshalihan mereka. Di tempat lain, bila seorang Muslimah belum menikah, maka sebagai anak ia wajib taat pada orang tuanya selama tidak memerintahkan kepada maksiat. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman :
“Kami wasiatkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada kedua orang tuanya… .” (Al Ankabut : 8)
Dalam hadits dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin Al ‘Ash radhiallahu 'anhuma dari Nabi Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam, beliau bersabda : “Dosa-dosa besar ialah menyekutukan Allah, durhaka pada orang tua,
membunuh jiwa (tanpa hak), dan sumpah palsu.” (HR. Bukhari)
Untuk dapat berbuat baik dan menunaikan hak-hak orang tua dengan benar, seorang Muslimah tidak bisa lepas dari ilmu. Seluruh kewajiban ini harus dapat ditunaikan dengan dasar ilmu. Karena jika tidak, akan terjadi berbagai kesalahan dan kerusakan. Maka tidak heran, bila para Muslimah yang bodoh terhadap agamanya melakukan berbagai praktek kesyirikan dan kebid’ahan. Akibat kebodohannya pula, banyak Muslimah yang durhaka pada suami atau orang tuanya. Atau terjadi berbagai kesalahan dalam mendidik anak sehingga muncullah generasi yang berakhlak buruk, bahkan bisa jadi durhaka pada orang tua yang telah merawat dan membesarkannya. Karena kebodohannya pula, banyak Muslimah yang tidak mengetahui bagaimana ia harus menjaga kehormatannya, sehingga ia menjadi fitnah dan terjerumus dalam perzinahan dan berbagai kemaksiatan. Kita berlindung kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala dari yang demikian itu. Usamah bin Zaid radhiallahu 'anhuma berkata, telah bersabda Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam :
“Aku berdiri di muka pintu Syurga, maka aku dapatkan mayoritas penghuninya adalah orang-orang miskin, sedang orang-orang kaya masih tertahan oleh perhitungan kekayaannya. Dan ahli neraka telah diperintahkan masuk neraka. Dan ketika aku berdiri di dekat pintu neraka, maka aku dapatkan mayoritas penghuninya adalah para wanita.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Hanya dengan menuntut ilmu, seorang Muslimah akan mengetahui jalan yang selamat. Kaum Muslimah masa kini akan menjadi baik bila mereka mau mencontoh para Muslimah generasi terdahulu (generasi salafuna shalih), mereka sangat memperhatikan dan bersemangat dalam menuntut ilmu.
Dalam sebuah hadits dari Abi Sa’id Al Khudri radhiallahu 'anhu, ia berkata :
“Seorang wanita mendatangi Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam dan berkata :
‘Wahai Rasulullah! Kaum lelaki telah membawa haditsmu, maka jadikanlah bagi kami satu harimu yang kami datang pada hari tersebut agar engkau mengajarkan pada kami apa yang telah diajarkan Allah kepadamu.’ Maka beliau bersabda : ‘Berkumpullah pada hari ini dan ini di tempat ini.’ Maka
mereka pun berkumpul, lalu Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam mendatangi mereka dan mengajarkan apa yang telah diajarkan Allah kepada beliau.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam pun sangat bersemangat mengajar para shahabiyah, sampai-sampai beliau menyuruh wanita yang haid, baligh, dan merdeka untuk menyaksikan kumpulan ilmu dan kebaikan. Bahkan beliau Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam memutuskan udzur wanita yang tidak memiliki hijab, sebagaimana yang disebutkan dalam Shahihain dari Ummu ‘Athiyah Al Anshariyah radhiallahu 'anha, ia berkata : “Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam menyuruh kami mengeluarkan wanita yang merdeka, yang haid, dan yang dipingit untuk keluar pada hari Iedul Fithri dan Adha. Adapun yang haid memisahkan diri dari tempat shalat, dan mereka pun menyaksikan kebaikan dan dakwah kaum Muslimin. Aku berkata : ‘Wahai Rasulullah! Salah seorang dari kami tidak memiliki jilbab.’ Beliau bersabda : ’Hendaklah saudaranya meminjamkan jilbabnya.’ “
Oleh karena itulah, kita dapatkan dalam sejarah Islam, di antara mereka ada yang menjadi ahli fiqih, ahli tafsir, sastrawati, dan ahli dalam seluruh bidang ilmu dan bahasa. Sebagai contoh, Ummul Mukminin ‘Aisyah radhiallahu 'anha yang dididik dalam madrasah Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam sehingga beliau menjadi wanita yang berilmu dan shalihah. Imam Az Zuhri rahimahullah berkata : ”Seandainya ilmu ‘Aisyah dikumpulkan dan dibandingkan dengan ilmu seluruh wanita, maka ilmu ‘Aisyah lebih afdhal.” Bahkan ‘Aisyah merupakan guru dari beberapa shahabat, ia menjadi bahan
rujukan mereka dalam masalah hadits, sunnah, dan fiqih. Urwah bin Az Zubair berkata : “Aku tidak melihat orang yang lebih mengetahui ilmu fiqih, pengobatan, dan syi’ir ketimbang ‘Aisyah.”
Para wanita dari kalangan tabi’in juga berdatangan ke rumah ‘Aisyah untuk belajar, di antara muridnya adalah Amrah bintu ‘Abdurrahman bin Sa’ad bin Zurarah. Ibnu Hibban berkata : “Dia adalah orang yang paling mengetahui hadits-haditsnya ‘Aisyah.”
Di antara deretan nama wanita generasi terdahulu yang cemerlang dalam ilmu adalah Hafshah bintu Sirin yang masyhur dengan ibadahnya, kefaqihannya, bacaan Al Qur’annya, dan hadits-haditsnya. Begitu pula Ummu Darda Ash Shuqra Hujaimah, ia seorang yang faqih, ’alimah, banyak meriwayatkan
hadits, cerdas, masyhur dengan keilmuan, amalan, dan zuhudnya. Demikianlah --wahai saudariku Muslimah-- mereka adalah contoh terbaik bagi kita dan telah terbukti bahwa Allah Subhanahu wa Ta'ala mengangkat derajat orang-orang yang berilmu sebagaimana firman-Nya :
“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Al Mujadilah : 11)
Semoga Allah memudahkan jalan bagi kita untuk menuntut ilmu dan memberikan ilmu yang bermanfaat. Amin. Wallahu A’lam Bis Shawab.


Maraji’ :
1. Al Qur’anul Karim
2. Inayatun Nisa’ bil Hadits An Nabawi. Abu ‘Ubaidah Masyhur bin Hasan Alu Salman.
3. Nisa’ Haula Ar Rasul. Mahmud Mahdi Al Istambuli dan Musthafa Abu Nashr Asy Syalbi.
4. Riyadlus Shalihin. Imam Nawawi.
5. Bahjatun Nadhirin. Salim bin ‘Ied Al Hilali.
6. Aisarut Tafasir. Abu Bakar Jabir Al Jazairi.
7. Hasyiyah Ats Tsalatsah Al Ushul. Muhammad bin Abdul Wahhab