Senin, 09 Agustus 2010

KEUTAMAAN BULAN RAMADHAN


KEUTAMAAN PUASA

Ahmad Syauqil Adib, S. PdI.


1. Dalil:
Diriwayatkan dalam shahih Al Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah t, bahwa Nabi r bersabda:
(( كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ لَهُ، الحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعِمِائَةِ ضِعْفٍ، قَالَ الله تَعَالَى: ]إِلاَّ الصِّيَامَ فَإِنَّهُ لِيْ وَأَنَا أَجْزِيْ بِهِ، تَرَكَ شَهْوَتَهُ وَطَعَامَهُ وَشَرَابَهُ مِنْ أَجْلِيْ[ لِلصِّيَامِ فَرْحَتَانِ: فَرْحَةٌ عِنْدَ فِطْرِهِ، وَفَرْحَةٌ عِنْدَ لِقَاءِ رَبِّهِ، وَلَخَلُوْفُ فَمِ الصَّائِمِ أَطْيَبُ عِنْدَ اللهِ مِنْ رِيْحِ المِسْكِ ))
“Setiap amal yang dilakukan anak Adam adalah untuknya, dan satu kebaikan dibalas sepuluh kali lipatnya bahkan sampai tujuh ratus kali lipat. Allah ta’ala berfirman: “Kecuali puasa, itu untuk-Ku Aku yang langsung membalasnya. Ia telah meninggalkan syahwat, makan dan minumnya karena-Ku.” Orang yang berpuasa mendapatkan dua kesenangan, yaitu kesenangan ketika berbuka puasa dan kesenangan ketika berjumpa dengan Tuhannya. Sungguh, bau mulut orang berpuasa lebih harum daripada aroma kasturi.”
2. Bagaimana bertaqarrub (mendekatkan diri) kepada Allah?
Perlu diketahui, bahwa bertaqarrub kepada Allah tidak dapat dicapai dengan meninggalkan syahwat ini –yang selain dalam keadaan berpuasa adalah mubah- kecuali setelah bertaqarrub kepada-Nya dengan meninggalkan apa yang diharamkan Allah dalam segala hal, seperti: dusta, kedzaliman dan pelanggaran hak orang lain dalam masalah darah, harta dan kehormatannya. Untuk itu, Nabi r bersabda:
(( مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّوْرِ وَالعَمَلَ بِهِ فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ فِيْ أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ )) رواه البخاري.
“Barangsiapa tidak meninggalkan perkataan dan perbuatan dusta maka Allah tidak butuh dengan puasanya.” (HR. Al Bukhari).
Inti pernyataan ini: bahwa tidak sempurna bertaqarrub kepada Allah dengan meninggalkan hal-hal yang mubah kecuali setelah bertaqarrub kepadanya dengan meninggalkan hal-hal yang haram. Dengan demkian, orang yang melakukan hal-hal yang haram kemudian bertaqarrub kepada Allah dengan meninggalkan hal-hal yang mubah, ibaratnya orang yang meninggalkan hal-hal yang wajib dan bertaqarrub dengan hal-hal yang sunat.
Jika seseorang dengan makan dan minum berniat agar kuat badannya melaksanakan shalat malam dan puasa, ia mendapat pahala karenanya. Juga jika dengan tidurnya pada malam dan siang hari berniat agar kuat beramal (bekerja), maka tidurnya itu merupakan ibadah.
Jadi orang yang berpuasa senantiasa dalam keadaan ibadah pada siang dan malam harinya. Dikabulkan doanya ketika berpuasa dan berbuka. Pada siang harinya ia adalah orang yang berpuasa dan sabar, sedang pada malam harinya ia adalah orang yang memberi makan dan bersyukur.
3. Syarat mendapat pahala puasa:
Di antara syaratnya: agar berbuka puasa dengan yang halal. Jika berbuka puasa dengan yang haram maka ia termasuk orang yang menahan diri dari yang dihalalkan Allah dan memakan apa yang diharamkan Allah, dan tidak dikabulkan doanya.
Orang berpuasa yang berjihad:
Perlu diketahui bahwa orang mu’min pada bulan Ramadhan melakukan dua jihad, yaitu:
1. Jihad untuk dirinya pada siang hari dengan puasa.
2. Jihad pada malam hari dengan shalat malam.
Barangsiapa yang memadukan kedua jihad ini, maka memenuhi segala hak-haknya dan bersabar terhadapnya. Niscaya diberikan kepadanya pahala yang tak terhitung([1]).


KEKHUSUSAN DAN KEISTIMEWAAN BULAN RAMADHAN

1. Puasa bulan Ramadhan adalah rukun keempat dalam Islam. Firman Allah ta’ala:

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (Al Baqarah: 183).
Sabda Nabi r:
(( بُنِيَ الإِسْلاَمُ عَلَى خَمْسٍ: شَهَادَةِ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ الله وَإِقَامِ الصَّلاَةِ وَإِيْتَاءِ الزَّكاَةِ وَصَوْمِ رَمَضَانَ وَحَجِّ البَيْتِ الحَرَامِ )) متفق عليه.
“Islam didirikan di atas lima sendi, yaitu: syahadat tiada sembahan yang haq selain Allah dan Muhammad adalah rasul Allah, mendirikan shalat, menunaikan zakat, puasa Ramadhan dan pergi haji ke Baitul haram.” (Hadits Muttafaq alaih).
Ibadah puasa merupakan salah satu sarana penting untuk mencapai takwa, dan salah satu sebab untuk mendapatkan ampunan dosa-dosa, pelipatgandaan kebaikan, dan pengangkatan derajat. Allah telah menjadikan ibadah puasa khusus untuk diri-Nya dari antara amal-amal ibadah lainnya. Firman Allah dalam hadits yang disampaikan oleh Nabi r:
“Puasa itu untuk-Ku dan Aku langsung membalasnya. Orang yang berpuasa mendapatkan dua kesenangan, yaitu kesenangan ketika berbuka puasa dan kesenangan ketika berjumpa dengan Tuhannya. Sungguh, bau mulut orang berpuasa lebih harum daripada aroma kasturi.” (Hadits Muttafaq alaih).
Dan sabda Nabi r:
(( مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيْمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ)) متفق عليه.
“Barangsiapa berpuasa Ramadhan karena iman dan mengharap pahala dari Allah, niscaya diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (Hadits Muttafaq alaih).
Maka untuk memperoleh ampunan dengan puasa Ramadhan, harus ada dua syarat berikut ini:
a. Mengimani dengan benar akan kewajiban ini.
b. Mengharap pahala karenanya di sisi Allah ta’ala.
2. Pada bulan Ramadhan diturunkan Al Qur’an sebagai petunjuk bagi umat manusia dan berisi keterangan-keterangan tentang petunjuk dan pembeda antara yang haq dan yang bathil.
3. Pada bulan ini disunnahkan shalat tarawih, yakni shalat malam pada bulan Ramadhan, untuk mengikuti jejak Nabi r, para sahabat dan khulafa’ur rasyidin. Sabda Nabi r:
(( مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيْمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ )) متفق عليه.
“Barangsiapa mendirikan shalat malam di bulan Ramadhan karena iman dan mengharap pahala dari Allah, niscaya diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (Hadits Muttafaq alaih).
4. Terdapat pada bulan ini Lailatul Qadar (malam mulia), yaitu malam yang lebih baik daripada seribu bulan, atau sama dengan 83 tahun 4 bulan. Malam di mana pintu-pintu langit dibukakan, doa dikabulkan, dan segala takdir yang terjadi pada tahun itu ditentukan. Sabda Nabi r:
((مَنْ قَامَ لَيْلَةَ القَدْرِ إِيْمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ)) متفق عليه.
“Barangsiapa mendirikan shalat pada malam lailatul qadar karena iman dan mengharap pahala dari Allah, niscaya diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (Hadits Muttafaq alaih).
Malam ini terdapat pada sepuluh malam terakhir, dan diharapkan pada malam-malam ganjil lebih kuat daripada malam-malam lainnya. Karena itu, seyogyanya seorang muslim yang senantiasa mengharap rahmat Allah dan takut dari siksa-Nya. Memanfaatkan kesempatan pada malam-malam itu dengan bersungguh-sungguh pada setiap malam dari kesepuluh malam tersebut dengan; shalat, membaca Al Qur’anul karim, dzikir, doa, istighfar dan taubat yang sebenar-benarnya. Semoga Allah menerima amal ibadah kita, mengampuni, merahmati dan mengabulkan doa kita.
5. Pada bulan ini terjadi peristiwa besar yaitu perang Badar, yang pada keesokan harinya Allah membedakan antara yang haq dan yang batil, sehingga menanglah Islam dan kaum muslimin serta hancurlah syirik dan kaum musyrikin.
6. Pada bulan suci ini terjadi pembebasan kota Makkah Al Mukarramah, dan Allah memenangkan Rasul-Nya. Sehingga masuklah manusia ke dalam agama Allah dengan berbondong-bondong dan Rasulullah mengahancurkan syirik dan paganisme yang terdapat di kota Makkah, dan Makkah pun menjadi negeri Islam.
7. Pada bulan ini pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup dan para setan diikat.
Betapa banyak berkah dan kebaikan yang terdapat dalam bulan Ramadhan. Maka kita wajib memanfaatkan kesempatan ini untuk bertaubat kepada Allah dengan sebenar-benarnya dan beramal shalih. Semoga kita termasuk orang-orang yang diterima amalnya dan beruntung.
Perlu diingat bahwa ada sebagian orang –semoga Allah memberinya petunjuk- mungkin berpuasa tapi tidak shalat, atau hanya shalat pada bulan Ramadhan saja. Orang seperti ini tidak berguna baginya; puasa, haji, maupun zakat. Karena shalat adalah sendi agama Islam yang ia tidak dapat tegak kecuali dengannya. Sabda Nabi r:
(( أَتَانِيْ جِبْرِيْلُ فَقَالَ: يَا مُحَمَّدُ، مَنْ أَدْرَكَ رَمَضَانَ فَخَرَجَ وَلَمْ يُغْفَرْ لَهُ، فَمَاتَ فَدَخَلَ النَّارَ، فَأَبْعَدَهُ الله، قُلْ: آمِيْنَ، فَقُلْتُ: آمِيْنَ )) رواه ابن خزيمة وابن حبان في صحيحه.
“Jibril datang kepadaku dan berkata: Wahai Muhammad, siapa yang menjumpai bulan Ramadhan, namun setelah bulan itu habis dan ia tidak mendapat ampunan, maka jika ia mati ia masuk neraka. Semoga Allah menjauhkannya. Katakanlah: amin, aku mengatakan: amin.” (HR. Ibnu Khuzaimah dan Ibnu Hibban dalam shahihnya)([2]).
Maka seyogyanya waktu-waktu pada bulan Ramadhan dipergunakan untuk berbagai amal kebaikan, seperti: shalat, sedekah, membaca Al Qur’an, zikir, doa dan istighfar. Ramadhan adalah kesempatan untuk menanam bagi para hamba Allah, untuk membersihkan hati mereka dari kerusakan.
Juga wajib menjaga anggota badan dari segala dosa, seperti: berkata yang haram, melihat yang haram, mendengar yang haram, minum dan makan yang haram; agar puasanya menjadi bersih dan diterima dan orang yang berpuasa memperoleh ampunan dan pembebasan dari api neraka.
Tentang keutamaan Ramadhan, Nabi r bersabda:
(( رَأَيْتُ رَجُلاً مِنْ أُمَّتِيْ يَلْهَثُ عَطَشًا، فَجَاءَهُ صِيَامُ شَهْرِ رَمَضَانَ فَسَقَاهُ وَأَرْوَاهُ )) رواه الحاكم والترمذي والديلمي والطبراني في الكبير، وهو حديث حسن.
“Aku melihat seorang laki-laki dari umatku terengah-engah kehausan, maka datanglah kepadanya puasa bulan Ramadhan lalu memberinya minum sampai kenyang.” (HR. Al Hakim, At Turmudzi, Ad Dailami dan At Thabrani dalam Al Mu’jam Al Kabir dan hadits ini hasan).
(( الصَّلَوَاتُ الخَمْسُ وَالجُمُعَةُ إِلَى الجُمُعَةِ وَرَمَضَانُ إِلَى رَمَضَانَ مُكَفِّرَاتٌ لِمَا بَيْنَهُنَّ إِذَا اجْتُنِبَتِ الْكَبَائِرُ )) رواه مسلم.
“Shalat lima waktu, shalat Jum’at ke shalat jum’at lainnya dan Ramadhan ke Ramadhan berikutnya menghapuskan dosa-dosa yang dilakukan di antaranya jika dosa-dosa besar ditinggalkan.” (HR. Muslim).
Jadi hal-hal yang fardhu ini dapat menghapuskan dosa-dosa kecil, dengan syarat dosa-dosa besar ditinggalkan. Dosa-dosa besar yaitu: perbuatan yang diancam dengan hukuman di dunia dan siksaan di akhirat. Misalnya: zina, mencuri, minum arak, mencaci kedua orang tua, memutuskan hubungan kekeluargaan, transaksi dengan riba, mengambil risywah (uang suap), bersaksi palsu, memutuskan perkara dengan selain hukum Allah.
Seandainya tidak terdapat dalam bulan Ramadhan keutamaan-keutamaan selain keberadaannya sebagai salah satu fardhu dalam Islam, dan waktu diturunkannya Al Qur’anul Karim, serta adanya Lailatul Qadar –yang merupakan malam yang lebih baik dari seribu bulan- di dalamnya,, niscaya itu sudah cukup. Semoga Allah melimpahkan taufik-Nya([3]).
[1]. lihat Lathaa’iful Ma’arif, oleh Ibnu Rajab, hlm. 163, 165 dan 183.
[2]. Lihat, kitab An Nasha’ihud diniyah, hlm. 37-39.
[3]. lihat kitab Kalimaat Mukhtaarah, hlm. 74-76.