Selasa, 08 Februari 2011

VALENTINE’S DAY

Ahmad Syauqil Adib, S. PdI.


Valentine’s day….. Valentine’s day…… ada apa dengan Valentine’s Day? Benarkah ia hanya hari kasih sayang? Atau malah tidak ada hubungannya sama sekali dengan “Kasih Sayang”?


وَإِنْ تُطِعْ أَكْثَرَ مَنْ فِي الْأَرْضِ يُضِلُّوكَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ إِنْ يَتَّبِعُونَ إِلَّا الظَّنَّ وَإِنْ هُمْ إِلَّا يَخْرُصُونَ

Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah).” (QS. Al-An’am : 116)

Pengaruh kebudayaan barat masuk dengan cepat ke dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Pergaulan bebas salah satu contoh dari west life style, sudah terlalu dalam memasuki kehidupan para pemuda, khususnya di Indonesia. Hampir ”85% Remaja 15 tahun Berhubungan Seks”, Dan Hampir 50% Remaja Perempuan Indonesia Melakukan Hubungan Seksual di Luar Nikah. Selain itu, 63% remaja pada usia SMP dan SMA sudah melakukan hubungan seksual di luar nikah, dan ironisnya lagi sekitar 21% diantaranya sudah melakukan aborsi. Hal ini terus meningkat pada setiap tahunnya di hampir seluruh wilayan negara Indonesia ini, data terakhir hasil survei Berita Indonesia adalah terjadinya peningkatan dari tahun 2008. Data penelitian di kota Jabodetabek, Medan, Jakarta, Bandung, Surabaya dan Makassar berada pada kisaran 47,54% dan meningkat menjadi 63% pada survei tahun 2008.

Perilaku hidup bebas telah meracuni dan meruntuhkan sendi-sendi kehidupan masyarakat Indonesia. Pergaulan bebas ini tercipta dari adat yang dimulai dari kerajaan Romawi Kuno. Perayaan lupercalia adalah rangkaian upacara pensucian di masa Romawi Kuno (13-18 Februari). Inilah nanti yang setiap tanggal 14 Februari dirayakan oleh seluruh pemuda pemudi sebagai hari Valentine atau hari Kasih Sayang. Untuk lebih jelasnya, mari kita lihat sejarah valentine’s day ini.


Sejarah Valentine’s Day

Asal mula hari Valentine tercipta pada jaman Romawi. Tanggal 14 Februari dipersembahkan untuk Dewi Cinta (Queen of Feverish Love), Juno Februata, Ia adalah Ratu para dewa dewi Romawi, disebut juga sebagai dewi pernikahan. Pada hari itu, diadakan perayaan lupercalia, yaitu dimana nama-nama para gadis ditulis di selembar kertas dan dimasukkan ke dalam gelas kaca. Lalu setiap pemuda mengambil nama secara acak dan gadis yang namanya keluar harus menjadi pasangannya selama setahun untuk dijadikan sebagai objek hiburan.

Ketika agama kristen katolik masuk Roma, mereka mengadopsi upacara itu dan mewarnainya dengan nuansa kristiani, dengan mengganti nama-nama gadis dengan nama-nama paus atau pastor. Agar lebih mendekatkan lagi pada ajaran Kristen, pada tahun 496 M, Paus Gelasius I menjadikan upacara itu menjadi Hari Perayaan Gereja dengan nama Saint Valentine’s Day untuk menghormati St. Valentine yang kebetulan mati pada tanggal 14 Februari. Namun demikian, tak pernah ada penjelasan siapa ”St. Valentine” yang dimaksud, karena tiap sumber menceritakan cerita yang berbeda.

Menurut versi pertama, Kaisar Claudius II memerintahkan menangkap dan memenjarakan St. Valentine karena menyatakan tuhannya adalah Isa Al-Masih dan menolak menyembah tuhan-tuhan orang Romawi. Diceritakan bahwa pada saat ia di penjara, Valentine jatuh hati kepada anak gadis seorang penjaga penjara. Pada saat ia akan dipenggal, 14 Februari, ia menyempatkan diri menuliskan sebuah pesan untuk gadis itu atas semua perhatian, dukungan dan bantuannya selama ia dipenjara. Diakhir pesan itu, ia menuliskan: ”Dengan Cinta dari Valentinemu”. Pesan itu kemudian merubah segalanya, karena sampai saat ini pesan itu digunakan oleh banyak pemuda pemudi untuk mengungkapkan hati mereka.

Versi kedua menceritakan bahwa pada saat itu, pemerintahan dibawah kekuasaan Kaisar Claudius II yang sangat kejam dan selalu terlibat dalam peperangan. Kaisar ini menganggap tentara muda bujangan lebih tabah dan kuat dalam medan peperangan dari pada orang yang menikah. Kaisar lalu melarang para pemuda untuk menikah demi menciptakan prajurit perang yang potensial, namun seorang pemimpin agama katolik bernama St. Valentine bersama dengan rekannya Santo Marius melanggarnya dan diam-diam menikahkan banyak pemuda. Hingga suatu malam ia tertangkap basah memberkati sebuah pasangan, ia pun dijebloskan kedalam penjara dan divonis mati, dihukum gantung pada tanggal 14 Februari 269 M.

Sistem tata nilai yang terkandung dalam Valentine day jelas sangat bertentangan dengan sistem tata nilai dalam ajaran Islam. Dalam Islam, tidak ditemukan atau diperbolehkan bahkan sangat dilarang keras untuk membangun sebuah pola pergaulan antara pria dan wanita secara bebas (Malam perayaan lupercalia). Karena perbuatan yang demikian telah masuk kedalam kategori zina, yang dalam Islam sangat disuruh menjauhinya. Firman Allah:


وَلَا تَقْرَبُوا الزِّنَا إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَسَاءَ سَبِيلًا


Dan janganlah kamu mendekati zina. Sesungguhnya zina itu adalah perbuatan keji dan seburuk-buruk jalan”. (QS. Al Isra’: 32).


Sangat tidak bisa diterima akal, jika Valentine day diabadikan sebagai simbolisasi keagungan sebuah cinta, namun dalam realitasnya mereka justru mengangkangi dan menodai makna kesucian cinta. Coba kita bayangkan, dihari itu para pemuda-pemuda larut dalam hura-hura, pergi ketempat-tempat hiburan, saling bermesraan bahkan tak jarang diantara mereka terjerumus untuk melakukan hubungan seksual secara bebas, tanpa adanya sebuah ikatan yang syah menurut ajaran agama.


Begitulah Valentine’s Day yang sebenarnya, bahkan tidak ada kaitannya sama sekali dengan ”Kasih Sayang” tetapi malah menodai makna dari cinta dan kasih sayang itu sendiri. Lalu kenapa kita masih juga menyambut Hari Valentine? Adakah ia merupakan hari yang istimewa? Atau hanya ikut-ikutan semata tanpa tahu asal muasalnya? Bila demikian, sangat disayangkan banyak teman-teman kita remaja putra-putri Islam yang terkena penyakit ikut-ikutan mengekor budaya barat dan acara ritual agama lain. Keinginan untuk ikut-ikutan memang ada dalam diri manusia. Rasulullah telah melarang kita untuk mengikuti tata cara peribadatan selain Islam:


مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ

Barang siapa meniru suatu kaum, maka ia termasuk dari kaum tersebut.” (HR. At-Tirmidzi).


Di setiap raka’at shalat kita, kita selalu membaca surat Al-Fatihah. Di dalam surat itu terdapat ayat yang artinya:

Tunjukilah kami jalan yang lurus, (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.” (QS. Al-Fatihah: 6-7)

Bagaimana mungkin kita memohon pada Allah agar ditunjukkan kepada jalan orang-orang mukmin dan dijauhkan dari jalan golongan orang yang sesat, padahal kita masih menempuh jalan sesat itu dengan sukarela.

Firman Allah SWT dalam Surat Al-Baqarah ayat 120:


وَلَنْ تَرْضَى عَنْكَ الْيَهُودُ وَلَا النَّصَارَى حَتَّى تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمْ قُلْ إِنَّ هُدَى اللَّهِ هُوَ الْهُدَى وَلَئِنِ اتَّبَعْتَ أَهْوَاءَهُمْ بَعْدَ الَّذِي جَاءَكَ مِنَ الْعِلْمِ مَا لَكَ مِنَ اللَّهِ مِنْ وَلِيٍّ وَلَا نَصِيرٍ


Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: ”Sesungguhnya petunjuk Allah itulah (yang benar)”. Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu.”


Saudaraku! Sekali lagi, Valentine’s day adalah ritual agama lain, maka wajib bagi kita kaum muslimin untuk menjauhinya. Tujuan menyebarkan dan mengungkapkan rasa kasih sayang di persada bumi adalah baik. Tapi hal ini tidak kita lakukan khusus pada saat yang dirayakan oleh kaum kafir. Kasih sayang dalam Islam bersifat Universal, Ia tak dibatasi oleh ruang dan waktu, tidak juga dibatasi oleh objek dan motif. Kasih sayang diwujudkan dalam bentuk yang nyata seperti silaturrahim. Kita tidak perlu irihati dan cemburu dengan upacara dan bentuk kasih sayang agama lain, bukankah Allah itu Ar-Rahman dan Ar-Rohim? Bukan hanya sehari untuk satu tahun, dan bukan pula dibungkus oleh hawa nafsu. Tapi setiap detik, setiap langkah, dan setiap tetes darah yang mengalir dalam tubuh kita adalah kasih sayang-Nya.

Keinginan untuk ikut-ikutan memang ada dalam diri manusia, akan tetapi hal tersebut menjadi tercela dalam Islam apabila orang yang diikuti berbeda dengan kita dari sisi keyakinan dan pemikirannya. Apalagi bila mengikuti dalam perkara akidah, ibadah, syi'ar dan kebiasaan. Padahal Rasul Shallallaahu alaihi wa Salam telah melarang untuk mengikuti tata cara peribadatan selain Islam: "Barang siapa meniru suatu kaum, maka ia termasuk dari kaum tersebut." (HR. At-Tirmidzi).

Bila dalam merayakannya bermaksud untukmengenang kembali Valentine maka tidak disangsikan lagi bahwa ia telah kafir. Adapun bila ia tidakbermaksud demikian maka ia telah melakukan suatu kemungkaran yang besar.