Sabtu, 12 Juni 2010

Bulan Rajab Al-Haramul Mukarom


Marhaban ya Syahru Rajab
Ibnu Munib


Sesungguhnya bulan rajab adalah bulan yang penuh dengan fadhilah, dan beribadah di bulan ini pahalanya sangatlah besar, khususon ibadah puasa dan memperbanyak istigfar, dan taubah dari perbuatan-perbuatan dosa. Malam pertama dari bulan rajab adalah termasuk dari malam –malam yang “mustajabah”untuk berdoa. Dalam sebuah hadist, rosulullah berkata ”5 malam yang tidak tertolak do’a kita di dalamnya, malam pertama dari rajab, malam nisfu sya’ban, malam jum’at, malam hari raya idul fitri, dan malam hari raya idul adha”hadist ini dikeluarkan oleh imam syuyuthi rohimallahullah di dalam kitab beliau “al-Jami’”, dengan jalur sanad beliau dari ibn ‘asaakir, dan beliau dari abi umamah RA. Oleh karena itu kita disunahkan ihyaul lail pada 5 malam tersebut.
Dan keutamaan yang lain. Di bulan ini Rosulullah mendapatkan perintah dari Allah untuk disampaikan kepada umatnya yaitu perintah sholat 5 waktu dalam tiap harinya yang juga termasuk rukun islam, kejadian ini bertepatan dengan tanggal 27 rajab. Rajab termasuk salah satu dari bulan-bulan Hurum. Allah berfirman dalam suroh taubah ayat 36”sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah ialah 12 bulan, dalam ketetapan Allah di waktu DIA menciptakan langit dan bumi, diantaranya 4 bulan haram….”4 bulan haram tersebut adalah Dhulqo’dah, dhulhijjah, muharam, dan rajab, 3 diantara 4 tersebut adalah berurutan dan hanya rajab yang terpisah.
Bulan rajab adalah bulan yang penuh dengan limpahan dari Allah SWT, dilimpahkan didalamnya rahmah atas orang-orang yang bertaubat, dan dipancarkannya cahaya diterimanya dari amalan-amalan kita,
Diantar nama-nama bulan rajab
1. Bulan hurum
2. Bulan al-asoob (bulan yang penuh dengan limpahan)
3. Bulan al-asoom (bulan”tuli”), karena tidak terdengar di bulan ini gemuruh peperangan,
4. Bulan Rojim, karena dibulan ini syaitan-syaitan di rajam (dicambuk) sampai mereka tidak mendatangi para auliya’dan sholihin di dalam bulan ini.
5. Bulan Allah, sebagaimana dalam sebuah hadist”rajab syahrullah wa Sya’ban syahrii wa romadhon syahru ummati ”hadist ini diambil dari kitab al-jami’
6. Bulan istigfar, seperti dikatakan oleh para ulama’”rajab syahrul istigfar wa sya’ban syahru assholau alannabi almuhtar SAW wa romadhon syahrul Qur’an.
Keutamaan bulan rajab
1. Wahab bin manbah Rodiallahu Ta’ala berkata ”semua sungai di dunia dialiri aliran air zamzam di bulan rajab yang mulya”,
2. Dalam kitabullah dikatakan ”barang siapa yang meminta ampun kepada Allah di bulan rajab di pagi hari dan di sore hari dengan mengangkat tangan dan sambil mengucapkan, Allahummagfirli warhamnii watub alaiya 70X, maka kulit orang tersebut tidak akan disentuh api neraka (diambil dari kitab”tuhfatul ihwan fi qiroatil mii’aadi fi rajab wa sya’ban wa Ramadan ”karangan al alamah alfasynii Rohimallahu Ta’ala)
3. Sayidul qudbi ar-robanii assyeh abdul qodir al-jailani qoddasallahu dalam kitabnya “al-Gunyah”, menyebutkan disunahkan bagi kita membaca do’a di malam awal dari bulan rajab, adapun di kitab tersebut juga disebutkan doanya1.
Kesunahan di bulan rajab
1. Ihyaul lail (menghabiskan awal malam bulan rajab) dengan beribadah, seperti yang dilakukan sayidina Aly Karomallahu wajhah, beliau mengekang nafsunya dan menghabiskannya untuk beribadah di 4 malam(sebagaimana yang disebutkan diatas) dalam setahun diantaranya malam awal rajab, dan beliau juga memperbanyak membaca do’a2.
2. Memperbanyak membaca doa sayidul istigfar (Allahumma anta robi laa ilaha illa anta khola’tani…….sampai selesai sebagai mana pada istighosah kyai musta’in) pada pagi hari dan sore hari,
Faedah
Dari syeh Aly al-ajhurii rohimallahu ta’ala sebagaimana dijelaskan dalam terjemahan beliau secara ringkas disebutkan : barang siapa yang membaca”Ahmad Rosulullah, Muhammad Rosulullah 35x” di akhir jum’at dari bulan rajab ketika khotib diatas mimbar, tidak akan diputus dirham(maksudnya adalah uang/rizki) dari tangannya di tahun tersebut.
Tambahan
Disebutkan dalam kitab-kitab, bahwa sesungguhnya sholat ”roghoib” (sholat 12 rakaat) yang dilakukan diantara maghrib dan isya’ malam jum’at pertama dari bulan rajab adalah termasuk bid’ah madmumah (bid’ah yang jelak) maka janganlah kita melakukannya, tapi dikatakan juga sebagai penggantinya, dianjurkan kepada kita pada waktu itu (malam jum’at pertama di bulan rajab) untuk melakukan sholat awwabin (sholat antara maghrib dan isya’ paling sedikit 2 rakaat dan paling banyak 20 rakaat, yang dikatakan termasuk fadhilahnya dengan melakukan itu sama saja dengan ibadah selama 12 tahun) atau sholat tasbih(pada malam hari 4 rakaat dengan 2x salam, sebagaimana yang ma’ruf, termasuk fadhilahnya juga menghapus dosa-dosa yang telah kita lakukan dan yang akan dilakukan) atau sholat sunnah mutlak (jumlah rakaat menurut kemampuan kita,tidak dibatasi).

Lakukanlah sedikit dari apa yang bisa kamu lakukan,dan jangan mengatakan tidak bisa.



Jumat, 11 Juni 2010

Kebodohan,...Penyakit Yang Membinasakan


Ibnu Munib

Bodoh adalah salah satu penyakit hati yang sangat membahayakan dan sangat mengerikan akibatnya. Akan tetapi sering dan mayoritas penderitanya tidak merasa kalau dirinya sedang terjangkit penyakit berbahaya ini. Dan karena penyakit bodoh inilah muncul penyakit-penyakit hati yang lain seperti iri, dengki, riya, sombong, ujub (membanggakan diri) dan lainnya. Kebodohan ini penyakit hati yang berbahaya lebih dahsyat dibanding penyakit badan. Karena puncak dari penyakit badan berakhir dengan kematian, adapun penyakit hati akan mengantarkan penderitanya kepada kesengsaraan dan kebinasaan yang kekal. Semoga tulisan singkat ini menjadikan peringatan bagi kita semua, sehingga kita semua tersadar untuk merubah keadaan yang berbahaya dan mengerikan ini untuk kemudian untuk meraih kehidupan yang diridloi oleh Allah Taala.
Bodoh adalah salah satu penyakit hati yang sangat membahayakan dan sangat mengerikan akibatnya. Akan tetapi sering dan mayoritas penderitanya tidak merasa kalau dirinya sedang terjangkit penyakit berbahaya ini. Dan karena penyakit bodoh inilah muncul penyakit-penyakit hati yang lain seperti iri, dengki, riya, sombong, ujub (membanggakan diri) dan lainnya.
Karena kebodohan ini adalah sumber segala penyakit hati dan sumber segala kejahatan. Kebodohan ini penyakit hati yang berbahaya lebih dahsyat dibanding penyakit badan. Karena puncak dari penyakit badan berakhir dengan kematian, adapun penyakit hati akan mengantarkan penderitanya kepada kesengsaraan dan kebinasaan yang kekal. Manusia yang terkena penyakit ini hidupnya hina dan sengsara di dunia maupun di akherat Allah Taala banyak menyebutkan dalam Al-Quran tentang tercelanya dan hinanya serta balasan dan akibat bagi orang-orang yang bodoh yang tidak mau tahu tentang ilmu agama di dunia dan akherat. Diantaranya Allah menyatakan dalam surat Al-Furqon: 44 Apakah kamu mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar dan memahami ?. Mereka itu tidak lain hanyalah seperti binatang ternak bahkan lebih sesat jalannya. Di dalam ayat ini, Allah Taala menyerupakan orang-orang bodoh yang tidak mau tahu ilmu agama seperi binatang ternak bahkan lebih sesat dan jelek. Di dalam surat Al-Anfal : 22. Allah juga menyatakan: Sesungguhnya binatang (makhluk) yang paling jelek di sisi Allah adalah orang yang bisu dan tuli yang tidak mau mengerti apapun (tidak mau mendengar dan memahami kebenaran). Dalam ayat ini Allah memberitakan bahwa orang-orang bodoh yang tidak mau memahami kebenaran adalah binatang yang paling jelek diantara seluruh binatang-binatang melata seperti keledai, binatang buas, serangga, anjing dan seluruh binatang yang lain. Maka orang-orang bodoh yang tidak mau kebenaran lebih jahat dan lebih jelek dari seluruh binatang.
Kemudian Allah Taala juga menyatakan bahwa orang-orang yang bodoh seperti orang-orang yang buta yang tidak bisa melihat sebagaimana dalam surat Ar Rodu : 19. Allah berfirman: Adakah orang yang mengetahui bahwasanya apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu sama dengan orang yang buta ? Dan sungguh Allah Taala banyak mensifati orang-orang yang jahil itu dengan bisu, buta dan tuli. Kemudian keberadaan orang-orang yang jahil terhadap dakwahnya para rosul sejak rosul yang pertama sampai rosul yang terakhir, mereka adalah musuh yang paling berbahaya bahkan musuh para rosul yang sebenarnya. Hingga Musa alaihissalam berlindung kepada Allah agar tidak menjadi orang yang jahil, sebagaimana dalam surat Al-Baqoroh: 67 Aku berlindung kepada Alloh agar tidak menjadi orang yang jahil. Dan Allah juga memerintahkan kepada nabinya shollallaahu alaihi wassalam untuk berpaling dari orang yang jahil Dan berpalinglah engkau dari orang-orang yang jahil !
Kemudian Allah Taala juga menyerupakan orang jahil yang tidak menerima dakwah rasul seperti orang yang mati dan telah terkubur, walau jasad mereka hidup. Karena dakwah rasul itu ilmu dan iman. Ilmu dan iman inilah yang menjadikan hati itu hidup, kalau ilmu dan iman tidak terdapat di hati orang maka orang itu menjadi bodoh. Dan orang yang bodoh matilah hatinya.
Akibat dari kebodohan inilah maka kehidupan dia di dunia seperti orang buta tidak bisa melihat kebenaran. Siapa yang tidak mengerti kebenaran maka dia sesat dan menjalani hidup ini tanpa arah. Orang yang buta mata hatinya akibat kebodohannya, nanti akan dibangkitkan dalam keadaan buta. Dan tempatnya adalah neraka jahannam. Sebagaimana firman Allah Taala dalam surat Al-Isra: 72 dan 97 Barang siapa di dunia ini buta mata hatinya maka dia di akherat lebih buta dan lebih tersesat dari jalan yang benar Dan kami akan mengumpulkan mereka pada hari kiamat diseret atas muka mereka di seret dalam keadaan buta, bisu dan pekak, tempat kediaman mereka adalah neraka jahanam.
Demikianlah akibat dan balasan bagi orang-orang yang bodoh yang tidak mau tahu ilmu agama ini. Karena memang demikianlah keadaan mereka di dunia. Dan manusia dibangkitkan sesuai dengan keadaan hatinya. Kebodohan juga salah satu sifat dari sifat-sifat penduduk neraka sebagaimana Allah menyatakan dalam surat Al-Araf: 179 “Dan sesungguhnya kami jadikan untuk isi neraka jahanam kebanyakan dari jin dan manusia, mereka punya hati tapi tidak digunakan untuk melihat dan mereka punya telinga tapi tapi tidak digunakan untuk mendengar ayat-ayat Allah. Mereka itu seperti binatang ternak bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.”
Dalam ayat ini Allah Taala mengabarkan tentang sifat-sifat penduduk neraka jahanam yaitu orang-orang yang tidak memperoleh ilmu karena tidak mau menggunakan sarana-sarana untuk mendapatkan ilmu yaitu: akal, pendengaran, dan pengelihatan sehingga mereka menjadi orang-orang yang bodoh.
Ini semua adalah menunjukkan tentang jeleknya kebodohan itu dan tercelanya, orang yang jahil di dunia dan di akherat. Betapa bahayanya dan mengerikannya kalau kebodohan itu menimpa seseorang, dia akan menerima akibatnya yang membinasakannya. Padahal kalau kita melihat keadaan kaum muslimin sekarang ini yang ada di sekitar kita, sungguh mereka telah dilanda penyakit yang mengerikan ini. Kalau kita tahu sedikit saja tentang agama ini dan berusaha untuk mengamalkan maka kita akan tahu kenyataan yang menyedihkan, kebodohan telah merata baik secara individu, keluarga, masyarakat dan negara. Namun mereka tidak merasa kalau mereka sedang dijangkit penyakit berbahaya yang akan membinasakan dirinya. Mereka tertawa dan terlena dengan kegemilangan dunia, tidak sadar kalau mereka di atas kesesatan bahkan di dalam kekafiran, kebidahan dan kemaksiatan. Namun karena kebodohan, mereka tidak merasa, bahkan merasa di atas kebenaran dan ketaatan. Tatkala disampaikan Al-haq, mereka merasa resah dan tertuduh sesat. Kenyataan ini melanda mayoritas kaum muslim, orang mudanya, orang tuanya, rakyatnya dan pimpinannya. Sungguh menyedihkan kenyataan ini.
Maka bagaimana kalau hal ini terus berlarut-larut dibiarkan ? Semoga tulisan singkat ini menjadikan peringatan bagi kita semua, sehingga kita semua tersadar untuk merubah keadaan yang berbahaya dan mengerikan ini untuk kemudian untuk meraih kehidupan yang diridloi oleh Allah Taala yang akan mengantarkan kepada kebahagiaan yang abadi, di dunia maupun di akherat. Dan keadaan seperti ini tidak akan ada jalan lain untuk merubahnya kecuali dengan bekal ilmu yang bermanfaat. Karena kebodohan adalah penyakit hati yang tidak ada obatnya kecuali dengan ilmu. Sebagaimana sabda Rosulullah Shallallahu alaihi wa sallam : Tidak lain obatnya kebodohan selain bertanya (HR. Ibnu Majjah, Ahmad dan yang lainnya). Oleh karena inilah Allah menamakan Al-Quran sebagai obat bagi segala penyakit hati. Sebagaimana Allah berfirman dalam surat Yunus: 57 Hai manusia sesungguhnya telah datang kepadamu nasehat dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman. Karena inilah kedudukan ulama seperti dokter, yakni dokter hati. Maka butuhnya hati terhadap ilmu seperti butuhnya nafas terhadap udara bahkan lebih besar. Ilmu itu bagi hati laksan air bagi ikan, apabila hilang air maka matilah ikan. Jadi kedudukan ilmu bagi hati laksana cahaya bagi mata, laksana mendengarnya telinga terhadap ucapan lisan, apabila semua ini hilang maka hati itu laksana mata yang buta, telinga yang tuli dan lisan yang bisu.

Minggu, 06 Juni 2010

عشرون نصيحة ناجحة للتخلص من القلق


HILANGKAN RASA CEMBURU
Ibnu Munib


Rasa cemburu merupakan salah satu penyebab timbulnya rasa cemas. Rasa ini merupakan suatu hasrat untuk dicintai seseorang dengan cara tertentu. Rasa cemburu ini dapat timbul karena kurangnya kepercayaan diri. (Dr. Wyne W Dyer)
Rasa cemburu adalah kewajaran bagi tiap individu yang normal dan lumrah. Cemburu merupakan problem kejiwaan urutan pertama di antara problem kejiwaan lainnya. Orang yang ditimpa rasa cemburu akan sangat menyulitkan dirinya karena kadang kecemburuan itu akan mendorong seseorang untuk memiliki perilaku yang merusak, baik itu disadari maupun tidak disadari. Berbagai jalan dan cara yang dilakukan orang untuk menyikapi rasa cemburu, mulai dari dengan cara positif yang menganggap bahwa cemburu itu normal, dan tidak perlu di perpanjang hingga cara negatif dengan mengejar kecemburuan itu dengan meng-adakan yang sebenarnya tidak ada atau menggunakan berbagai cara lain, hal ini dilakukan mungkin karena ada unsur marah, jengkel ataupun kecewa.
Terkadang rasa cemburu dapat mengganggu kehidupan pribadi seseorang. Misalnya ketika pribadi kita mengatakan “mengapa orang yang aku cintai tidak mencintaiku seperti aku mencintainya?” atau “mengapa orang yang aku cintai lebih memperhatikan orang lain dari pada kepadaku?. Hal seperti ini juga bisa terjadi pada suami istri, dan siapapun baik itu wanita atau laki-laki.
Rasa cemburu seperti itu tidak dapat diterima sama sekali. Sebenarnya sosok seperti itu, yang mudah cemburu membutuhkan pembenahan aspek kejiwaan dan tambahan kepercayaan diri. Permasalahan mereka adalah mereka menilai diri mereka melalui orang lain. Dalam arti lain, misalnya seseorang mencintai orang lain, pada saat itupula timbul rasa cemburu dalam dirinya karena orang yang ia cintai ternyata memberikan perhatiannya kepada orang lain. Orang seperti ini memberiakan penilaian untuk dirinya dari sisi pandang orang yang dicintainya. Oleh karenanya, orang itu menginginkan agar orang yang dicintainya, juga mencintainya dengan perasaan yang sama atau paling tidak orang yang dicintainya itu memberikan perhatian kepadanya. Dengan begitu ia telah menganggap dirinya bertanggungjawab atas prilaku orag lain.
Ini merupakan masalah yang berat sekali. Hal ini saja sudah menjadi masalah tersendiri. Problem lainnya adalah orang itu telah menghubung-hubungkan perhatian orang yang dicintainya itu kepada orang lain, yaitu dengan rasa cinta yang diberikan kepada dirinya. Ia telah menduga bahwa ketika orang yang dicintainya tidak lagi memberikan perhatian yang besar kepadanya, hal itu berarti orang yang dicintainya tidak mencintai dan menghargai dirinya lagi. Ini adalah kesalahan besar karena perhatian seseorang kepada orang lain adalah untuk urusan tertentu antara keduanya atau karena ada permasalahan lainnya.
Orang yang menyiksa diri dengan rasa cemburu karena melihat tingkah laku orang yang dicintainya kepada oran lain, hendaknya mengetahui bahwa berfikir dengan cara seperti itu adalah cara berfikir yang salah. Anda, hendaknya tidak memberikan penilaian kepada diri anda melalui orang lain. Nilailah diri anda berdasarkan Anda sendiri, dari kepribadian dan perbuatan anda. Bukan hanya karena melihat, namun lingkungan juga ikut mempengaruhi dan menanamkan keyakinan secara tidak langsung, asupaan pembicaraan, dan curahan lingkungan bisa menjadikan satu keyakinan bahwa apa yang anda pikirkan semakin benar.
Anda harus memiliki rasa percaya diri dan kebanggaan pada diri sendiri. Perhatian orang lain kepada selain anda adalah urusan orang lain, bukan urusan anda. Apa yang akan menimpa anda apabila orang lain tidak memberikan perhatiannya kepada anda? Tidak ada apa-apa bukan? Ketahuilah bahwa kebahagiaan anda berasal dari pribadi anda dan bukan dari orang lain. Hanya anak-anak kecil yang mengandalkan kebahagiaan dan cinta dari oang lain karena mereka belajar mencintai dari orang lain.
Seorang anak membutuhkan cinta, kehangatan, dan perhatian dari orang lain agar ia merasa tenang, aman, dan cinta. Semua ini penting bagi pertumbuhan anak. Untuk masyarakat dewasa, sebagian mereka tidak sepatutnya berpegang dengan sifat kekanak-kanakan. Anda harus memahami bahwa prilaku orang lain adalah tanggungjawab orang itu sendiri, bukan tanggungjawab anda. Disamping itu, anda harus mengetahui bahwa berubanya perhatian orang lain, bukan urusan anda. Hal itu sama sekali tidak berarti menurunkan martabat atau menghina kehormatan anda.
Yang penting adalah, bagaimana manusia bisa menjadi dirinya dari dalam dirinya sendiri, bukan menjadi dirinya dari orang lain. Cukuplah orang lain adalah cermin dan diri akan tetap menjadi diri walau ada pada cermin yang berbeda, perubahan pada cermin hanya tipuan sementara, begitu juga orang lain. Percaya diri, konsekwen dan komitmen adalah modal awal untuk menajdikan diri sebagai diri kiata sendiri.



Disadur dari buku “ ‘Isyruuna nasiihah naajihah littakhallush min al-qalaq. Adil fathi abdullah, daar adz-dzahabiyyah.”

Jumat, 04 Juni 2010

ILMU Perhiasan Tak Ternilai Bagi Muslimah


Oleh : Ibnu Munib


Seorang yang mendambakan kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat harus memiliki pedoman dalam menapaki kehidupannya di dunia. Dan pedoman hidup seorang hamba semua telah diatur dalam syariat Islam.
Seorang yang sukses bukanlah orang yang hidup dengan bersemboyan ‘semau gue’ dengan mengikuti hawa nafsunya, tapi orang yang sukses adalah orang yang mengambil Al Qur’an dan Sunnah Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam dengan pemahaman As Salafus Shalih sebagai pengikat aturanhidupnya. Petunjuk Allah Subhanahu wa Ta'ala dan Rasul-Nya Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam ini tidak mungkin dapat diketahui tanpa menuntut ilmu syar’i. Karena itulah, Allah dan Rasul-Nya memerintahkan setiap Muslim dan Muslimah yang baligh dan berakal (mukallaf) untuk menuntut ilmu.
Dalam sebuah hadits dari Anas bin Malik radhiallahu 'anhu, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam bersabda :
“Menuntut ilmu wajib bagi setiap Muslim.” (HR. Ahmad dengan sanad hasan. Lihat kitab Jami’ Bayan Al ‘Ilmi wa Fadllihi karya Ibnu ‘Abdil Bar, tahqiq Abi Al Asybal Az Zuhri, yang membahas panjang lebar tentang derajat hadits ini)
Imam Ahmad rahimahullah mengatakan bahwa ilmu yang wajib dituntut di sini adalah ilmu yang dapat menegakkan agama seseorang, seperti dalam perkara shalatnya, puasanya, dan semisalnya. Dan segala sesuatu yang wajib diamalkan manusia maka wajib pula mengilmuinya, seperti pokok-pokok keimanan, syariat Islam, perkara-perkara haram yang harus dijauhi, perkara muamalah, dan segala yang dapat menyempurnakan kewajibannya.
Sebagai hamba Allah, seorang Muslimah wajib mengenal Rabbnya yang meliputi pengetahuan terhadap nama-nama, sifat-sifat, dan perbuatan Allah Subhanahu wa Ta'ala sebagaimana diberitakan dalam Al Qur’an dan haditshadits yang shahih. Selain itu, ia harus mengetahui bahwa Allah Subhanahu
wa Ta'ala bersendiri dalam mencipta, mengatur, memiliki, dan memberi rezeki. Ia pun wajib menunaikan hak-hak Allah, yaitu beribadah hanya kepada-Nya dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatupun, sebagaimana tujuan penciptaannya. Allah berfirman :
“Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia melainkan untuk beribadah kepada-Ku.” (Adz Dzariyat : 56)
Seseorang tidak akan berada di atas hakikat agamanya sebelum ia berilmu atau mengenal Allah Ta’ala. Pengenalan ini tidak akan terjadi kecuali dengan menuntut ilmu dien (agama). Di samping mengenal Allah, seorang Muslimah juga wajib mengenal Nabi-nya, yaitu Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam, karena beliau merupakan perantara antara Allah dengan manusia dalam penyampaian risalah-Nya. Sesuai dengan makna persaksiannya bahwa Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam adalah hamba dan Rasul-Nya, maka ia wajib mentaati segala yang beliau perintahkan, membenarkan segala yang beliau khabarkan, menjauhi apa yang beliau larang dan tidak beribadah kepada Allah kecuali dengan apa yang beliau syariatkan. Hal ini sesuai dengan perintah Allah Subhanahu wa Ta'ala :
“Apa yang diberikan Rasul kepada kalian maka terimalah, dan apa yang
dilarangnya bagi kalian maka tinggalkanlah, dan bertakwalah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah sangat keras hukumannya.” (Al Hasyr : 7)
Ayat ini merupakan kaidah umum yang agung dan jelas tentang wajibnya seluruh kaum Muslimin mengambil sunnah yang telah tetap dan hadits-hadits shahih dalam aqidah, ibadah, muamalah, adab, akhlak, seluruhnya. Hal ini tidak akan diketahui kecuali dengan menuntut ilmu terlebih dahulu.
Selain mengenal Allah dan Rasul-Nya, seorang Muslimah juga wajib mengenal agama Islam sebagai agama yang dianutnya, dengan memperhatikan dalil-dalil dari Al Qur’an dan As Sunnah yang shahihah, sehingga ia memiliki pendirian kokoh, tidak mudah terombang-ambing. Dan agar ia berada di atas cahaya, bukti, dan kejelasan dari agamanya. Inilah masalah pertama yang disebutkan oleh Asy Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah dalam bukunya Al Ushuluts Tsalatsah, yaitu berilmu sebelum beramal dan berdakwah.
Seorang Muslimah juga wajib membekali dirinya dengan ilmu sebelum memasuki jenjang pernikahan, sehingga ia dapat menunaikan kewajibannya sesuai dengan tuntunan syariat. Sebagai isteri, seorang Muslimah dituntut agar menjadi isteri yang shalihah, sehingga ia dapat menjadi perhiasan dunia yang paling baik, bukan justru menjadi fitnah atau musuh bagi suaminya. Abdullah bin ‘Amr bin Al ‘Ash radhiallahu 'anhuma berkata, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam bersabda :
“Dunia adalah perhiasan dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita yang shalihah.” (HR. Muslim)


Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman tentang sifat-sifat wanita shalihah :
“… maka wanita shalihah, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena itu Allah telah memelihara mereka.” (An Nisa’ : 34)
Maksud ayat ini diterangkan oleh Asy Syaikh Abu Bakar Jabir Al Jazairi dan Asy Syaikh Salim Al Hilali rahimahumullah bahwa wanita yang shalihah adalah yang menunaikan hak-hak Allah Subhanahu wa Ta'ala dan mentaati-Nya, mentaati Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam, dan menunaikan hak-hak suaminya dengan mentaatinya dan menghormatinya, serta menjaga harta suami, anak-anak mereka, dan kehormatannya tatkala suaminya tidak ada.
Untuk menjadi wanita shalihah yang seperti ini, seorang Muslimah membutuhkan ilmu. Sebagai seorang ibu, ia mempunyai tanggung jawab mendidik anak-anaknya agar menjadi anak-anak yang shalih dan shalihah. Di bawah kepemimpinan suami, isteri adalah penjaga rumah tangga suami dan anak-anaknya, sebagaimana dalam hadits dari Ibnu ‘Umar radhiallahu 'anhuma dari Nabi Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam bahwasanya beliau bersabda :
“Laki-laki adalah pemimpin atas keluarganya, wanita adalah pemimpin dalam rumah tangga suaminya dan anak-anaknya, maka setiap kalian adalah pemimpin, akan ditanya tentang yang dipimpinnya.” (Muttafaqun ‘Alaihi)
Hasil didikan seorang ibu terhadap anak-anaknya inilah yang termasuk perkara yang akan ditanyakan oleh Allah kelak di hari kiamat. Karena itulah Muslimah harus menuntut ilmu syar’i sebagai bekal mendidik anak-anak sehingga fitrah mereka tetap terjaga dan menjadi penyejuk hati karena keshalihan mereka. Di tempat lain, bila seorang Muslimah belum menikah, maka sebagai anak ia wajib taat pada orang tuanya selama tidak memerintahkan kepada maksiat. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman :
“Kami wasiatkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada kedua orang tuanya… .” (Al Ankabut : 8)
Dalam hadits dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin Al ‘Ash radhiallahu 'anhuma dari Nabi Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam, beliau bersabda : “Dosa-dosa besar ialah menyekutukan Allah, durhaka pada orang tua,
membunuh jiwa (tanpa hak), dan sumpah palsu.” (HR. Bukhari)
Untuk dapat berbuat baik dan menunaikan hak-hak orang tua dengan benar, seorang Muslimah tidak bisa lepas dari ilmu. Seluruh kewajiban ini harus dapat ditunaikan dengan dasar ilmu. Karena jika tidak, akan terjadi berbagai kesalahan dan kerusakan. Maka tidak heran, bila para Muslimah yang bodoh terhadap agamanya melakukan berbagai praktek kesyirikan dan kebid’ahan. Akibat kebodohannya pula, banyak Muslimah yang durhaka pada suami atau orang tuanya. Atau terjadi berbagai kesalahan dalam mendidik anak sehingga muncullah generasi yang berakhlak buruk, bahkan bisa jadi durhaka pada orang tua yang telah merawat dan membesarkannya. Karena kebodohannya pula, banyak Muslimah yang tidak mengetahui bagaimana ia harus menjaga kehormatannya, sehingga ia menjadi fitnah dan terjerumus dalam perzinahan dan berbagai kemaksiatan. Kita berlindung kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala dari yang demikian itu. Usamah bin Zaid radhiallahu 'anhuma berkata, telah bersabda Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam :
“Aku berdiri di muka pintu Syurga, maka aku dapatkan mayoritas penghuninya adalah orang-orang miskin, sedang orang-orang kaya masih tertahan oleh perhitungan kekayaannya. Dan ahli neraka telah diperintahkan masuk neraka. Dan ketika aku berdiri di dekat pintu neraka, maka aku dapatkan mayoritas penghuninya adalah para wanita.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Hanya dengan menuntut ilmu, seorang Muslimah akan mengetahui jalan yang selamat. Kaum Muslimah masa kini akan menjadi baik bila mereka mau mencontoh para Muslimah generasi terdahulu (generasi salafuna shalih), mereka sangat memperhatikan dan bersemangat dalam menuntut ilmu.
Dalam sebuah hadits dari Abi Sa’id Al Khudri radhiallahu 'anhu, ia berkata :
“Seorang wanita mendatangi Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam dan berkata :
‘Wahai Rasulullah! Kaum lelaki telah membawa haditsmu, maka jadikanlah bagi kami satu harimu yang kami datang pada hari tersebut agar engkau mengajarkan pada kami apa yang telah diajarkan Allah kepadamu.’ Maka beliau bersabda : ‘Berkumpullah pada hari ini dan ini di tempat ini.’ Maka
mereka pun berkumpul, lalu Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam mendatangi mereka dan mengajarkan apa yang telah diajarkan Allah kepada beliau.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam pun sangat bersemangat mengajar para shahabiyah, sampai-sampai beliau menyuruh wanita yang haid, baligh, dan merdeka untuk menyaksikan kumpulan ilmu dan kebaikan. Bahkan beliau Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam memutuskan udzur wanita yang tidak memiliki hijab, sebagaimana yang disebutkan dalam Shahihain dari Ummu ‘Athiyah Al Anshariyah radhiallahu 'anha, ia berkata : “Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam menyuruh kami mengeluarkan wanita yang merdeka, yang haid, dan yang dipingit untuk keluar pada hari Iedul Fithri dan Adha. Adapun yang haid memisahkan diri dari tempat shalat, dan mereka pun menyaksikan kebaikan dan dakwah kaum Muslimin. Aku berkata : ‘Wahai Rasulullah! Salah seorang dari kami tidak memiliki jilbab.’ Beliau bersabda : ’Hendaklah saudaranya meminjamkan jilbabnya.’ “
Oleh karena itulah, kita dapatkan dalam sejarah Islam, di antara mereka ada yang menjadi ahli fiqih, ahli tafsir, sastrawati, dan ahli dalam seluruh bidang ilmu dan bahasa. Sebagai contoh, Ummul Mukminin ‘Aisyah radhiallahu 'anha yang dididik dalam madrasah Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam sehingga beliau menjadi wanita yang berilmu dan shalihah. Imam Az Zuhri rahimahullah berkata : ”Seandainya ilmu ‘Aisyah dikumpulkan dan dibandingkan dengan ilmu seluruh wanita, maka ilmu ‘Aisyah lebih afdhal.” Bahkan ‘Aisyah merupakan guru dari beberapa shahabat, ia menjadi bahan
rujukan mereka dalam masalah hadits, sunnah, dan fiqih. Urwah bin Az Zubair berkata : “Aku tidak melihat orang yang lebih mengetahui ilmu fiqih, pengobatan, dan syi’ir ketimbang ‘Aisyah.”
Para wanita dari kalangan tabi’in juga berdatangan ke rumah ‘Aisyah untuk belajar, di antara muridnya adalah Amrah bintu ‘Abdurrahman bin Sa’ad bin Zurarah. Ibnu Hibban berkata : “Dia adalah orang yang paling mengetahui hadits-haditsnya ‘Aisyah.”
Di antara deretan nama wanita generasi terdahulu yang cemerlang dalam ilmu adalah Hafshah bintu Sirin yang masyhur dengan ibadahnya, kefaqihannya, bacaan Al Qur’annya, dan hadits-haditsnya. Begitu pula Ummu Darda Ash Shuqra Hujaimah, ia seorang yang faqih, ’alimah, banyak meriwayatkan
hadits, cerdas, masyhur dengan keilmuan, amalan, dan zuhudnya. Demikianlah --wahai saudariku Muslimah-- mereka adalah contoh terbaik bagi kita dan telah terbukti bahwa Allah Subhanahu wa Ta'ala mengangkat derajat orang-orang yang berilmu sebagaimana firman-Nya :
“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Al Mujadilah : 11)
Semoga Allah memudahkan jalan bagi kita untuk menuntut ilmu dan memberikan ilmu yang bermanfaat. Amin. Wallahu A’lam Bis Shawab.


Maraji’ :
1. Al Qur’anul Karim
2. Inayatun Nisa’ bil Hadits An Nabawi. Abu ‘Ubaidah Masyhur bin Hasan Alu Salman.
3. Nisa’ Haula Ar Rasul. Mahmud Mahdi Al Istambuli dan Musthafa Abu Nashr Asy Syalbi.
4. Riyadlus Shalihin. Imam Nawawi.
5. Bahjatun Nadhirin. Salim bin ‘Ied Al Hilali.
6. Aisarut Tafasir. Abu Bakar Jabir Al Jazairi.
7. Hasyiyah Ats Tsalatsah Al Ushul. Muhammad bin Abdul Wahhab

Rabu, 02 Juni 2010

Berikanlah Maaf. (Ibnu Munib)












Jangan mencari-cari kesalahan orang lain. Ini bisa memenuhi ingatan anda dengan kekeliruan dan mengobarkan kebencian pada orang. Dengan demikian, anda mengaburkan pandangan untuk kemajuan diri. Terlebih lagi, ini menjadi beban yang berat bagi anda. Bebaskan diri anda dari beban-beban ini. Lepaskan, maka diri anda menjadi ringan untuk melangkah. Anda mungkin tak bisa menghapus luka yang sudah tertoreh. Namun anda bisa memberikan maaf. Meski tak diminta, tetap berikan maaf.Yang terpenting, anda harus meminta maaf pada diri anda sendiri karena telah memberatkan hidup anda dengan hal-hal yang tak perlu. Bila sudah, maafkanlah. Rasakan betapa ringannya hati anda. Rasakan bagai balon gas yang terlepas di udara. Selama anda menyimpan maaf maka anda menyediakan ruang kosong yang memungkinkan anda terbang melepaskan diri dari belenggu bumi.

Jalani hidup anda dengan senyum kebahagiaan dan ketulusan hati menyapa sesama, keindahan dan kebahagiaan hidup anda terletak sebahagia mana hati anda, mulut bisa berbohong, sikap bisa berbohong namun hati selamanya tidak pernah berbohong.
Maka, berdirilah di depan cermin dan lihatlah diri anda, lantas beranikah anda mengatakan dengan suara “maafkan aku ya... yang telah membohongimu, maafkan aku telah mendholimimu dan maafkan aku telah tidak bisa menjaga amanatmu”.

Kata yang paling sulit dikatakan oleh umat manusia saat ini adalah “MAAF”. Mudah dikatakan tapi sulit untuk kita tulus padanya. Apalah arti kata itu terucap jika kata itu tidak terpatri dalam hati. Anda harus melakukan revolusi terhadap hati, sikap, pikiran dan ucapan anda jika ingin hidup anda bahagia, penuh dengan senyum perdamaian dan melangkah tanpa ada takut.

Selasa, 01 Juni 2010

KARIR WANITA DAN WANITA KARIR

Diskursus tentang karir wanita dan wanita karir dewasa ini semakin hangat, terutama di negeri ini dan mendapat-kan dukungan serta perhatian serius dari berbagai kalangan, khususnya yang menamakan diri mereka kaum Feminis dan pemerhati wanita.
Mereka selalu mengangkat tema “pengungkungan” Islam terhadap wanita dan mempromosikan motto emansipasi dan persamaan hak di segala bidang tanpa kecuali atau yang belakangan lebih dikenal dengan sebutan kesetaraan gender. Banyak wanita muslimah terkecoh olehnya, terutama mereka yang tidak memiliki ‘basic’ keagamaan yang kuat dan memadai.
Kondisi Wanita di Dunia Barat
Dari sisi historis, terjunnya kaum wanita ke lapangan untuk bekerja dan berkarir semata-mata karena unsur keterpaksaan. Ada dua hal penting yang melatarbelakanginya:
Pertama, terjadinya revolusi industri mengundang arus urbanisasi kaum petani pedesaan, tergiur untuk menga-du nasib di perkotaan, karena himpitan sistem kapitalis yang melahirkan tuan-tuan tanah yang rakus. Berangkat ke perkotaan, mereka berharap menda-patkan kehidupan yang lebih layak namun realitanya, justru semakin sengsara. Mereka mendapat upah yang rendah.
Ke dua, kaum kapitalis dan tuan-tuan tanah yang rakus sengaja menggunakan momen terjunnya kaum wanita dan anak-anak, dengan lebih memberikan porsi kepada mereka di lapangan pekerjaan, karena mau diupah lebih murah daripada kaum lelaki, meskipun dalam jam kerja yang panjang. Kehidupan yang dialami oleh wanita di Barat yang demikian mengenaskan, sehingga menggerakkan nurani sekelompok pakar untuk membentuk sebuah organisasi kewanitaan yang diberi nama “Humanitarian Movment” yang bertujuan untuk membatasi eksploitasi kaum kapitalis terhadap para buruh, khususnya dari kalangan anak-anak. Organisasi ini berhasil mengupayakan undang-undang perlindungan anak, akan tetapi tidak demi-kian halnya dengan kaum wanita. Mereka tetap saja dihisap darahnya oleh kaum kapitalis tersebut. Hingga saat ini pun, kedudukan wanita karir di Barat belum terangkat dan masih saja mengenaskan, meskipun sudah mendapatkan sebagian hak mereka. Di antara indikasinya, mendapatkan upah lebih kecil daripada kaum laki-laki, keharusan membayar mahar kepada laki-laki bila ingin menikah, keharusan menanggung beban peng-hidupan keluarga bersama sang suami, dan lain sebagainya.
Beberapa Dampak Negatif dari Terjunnya Wanita untuk Berkarir
Di antara dampak-dampak negatif tersebut adalah:
1. Penelitian kedokteran di lapangan (dunia Barat) menunjukkan telah terjadi perubahan yang amat signifikan terhadap bentuk tubuh wanita karir secara biologis, sehingga menyebabkannya kehilangan naluri kewanitaan, tetapi tidak berubah jenis kelamin menjadi laki-laki. Jenis wanita semacam ini dijuluki sebagai jenis kelamin ke tiga. Menurut data statistik, kebanyakan penyebab kemandulan para istri yang bekerja sebagai wanita-wanita karir tersebut bukan karena penyakit yang biasa dialami oleh anggota badan, tetapi lebih diakibatkan oleh ulah wanita di masyarakat Eropa yang secara total, baik dari aspek materil, pemikiran maupun biologis lari dari fithrahnya (yakni sifat keibuan). Penyebab lainnya adalah upaya mereka untuk mendapatkan persamaan hak dengan kaum laki-laki dalam segala bidang. Hal inilah yang secara perlahan melenyapkan sifat keibuan mereka, banyaknya terjadi kemandulan serta mandegnya ASI sebagai akibat perbauran dengan kaum laki-laki.
2. Di Barat, muncul fenomena yang mengkhawatirkan sekali akibat terjunnya kaum wanita sebagai wanita karir, yaitu terjadinya tindak kekerasan terhadap anak-anak kecil berupa pukulan yang keras, sehingga dapat mengakibatkan mereka meninggal dunia, gila atau cacat fisik. Majalah-majalah yang beredar di sana menyebutkan nama penyakit baru ini dengan sebutan Battered Baby Syn (penyakit anak yang dipukul). Majalah Hexagon dalam volume No. 5 tahun 1978 menyebutkan bahwa banyak sekali rumah sakit-rumah sakit di Eropa dan Amerika yang menampung anak-anak kecil yang dipukul secara keras oleh ibu-ibu mereka atau terkadang oleh bapak-bapak mereka.
3. DR. Ahmad Al-Barr mengatakan, “Pada tahun 1967, lebih dari 6500 anak kecil yang dirawat di beberapa rumah sakit di Inggris yang berakhir dengan meninggal sekitar 20% dari mereka, sedangkan sisanya mengalami cacat fisik dan mental secara akut. Ada lagi, sekitar ratusan orang yang mengalami kebutaan dan lainnya ketulian…setiap tahunnya, ada yang mengalami cacat fisik, ediot dan lumpuh akibat pukulan keras”. 4. Para wanita karir yang menjadi ibu rumah tangga tidak dapat memberikan pelayanan secara kontinyu terhadap anak-anak mereka yang masih kecil, karena hampir seluruh waktunya dicurahkan untuk karir mereka.
5. Berkurangnya angka kelahiran, sehingga pemerintah negara tersebut saat ini menggalakkan kampanye memperbanyak anak dan memberikan penghargaan bagi keluarga yang memiliki banyak anak. Hal ini tentunya bertolak belakang dengan kondisi yang ada di dunia Islam.

Saksi Mereka Berbicara
Seorang Filosof bidang ekonomi, Joel Simon berkata, “Mereka (para wanita) telah direkrut oleh pemerintah untuk bekerja di pabrik-pabrik dan mendapatkan sejumlah uang sebagai imbalannya, akan tetapi hal itu harus mereka bayar mahal, yaitu dengan rontoknya sendi-sendi rumah tangga mereka”.
Sebuah lembaga pengkajian strategis di Amerika telah mengadakan ‘polling’ seputar pendapat para wanita karir tentang karir seorang wanita. Dari hasil ‘polling’ tersebut didapat kesimpulan: “Bahwa sesungguhnya wanita saat ini sangat keletihan dan 65% dari mereka lebih mengutamakan untuk kembali ke rumah mereka…”.

Karir Wanita dalam Perspektif Islam
Allah Ta’ala menciptakan laki-laki dan wanita dengan karakteristik yang berbeda. Secara alami (sunnatullah), laki-laki memiliki otot-otot yang kekar, kemampuan untuk melakukan pekerja-an yang berat, pantang menyerah, sabar dan lain-lain. Cocok dengan pekerjaan yang melelahkan dan sesuai dengan tugasnya yaitu menghidupi keluarga secara layak. Sedangkan bentuk kesulitan yang dialami wanita yaitu: Mengandung, melahirkan, menyusui, mengasuh dan mendidik anak, serta menstruasi yang mengakibatkan kondisinya labil, selera makan berkurang, pusing-pusing, rasa sakit di perut serta melemahnya daya pikir, sebagaimana disitir di dalam Al- Qur’an , “Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu bapanya; Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah dan menyapihnya dalam dua tahun.” (QS. Luqman: 14).
Ketika dia melahirkan bayinya, dia harus beristirahat, menunggu hingga 40 hari atau 60 hari dalam kondisi sakit dan merasakan keluhan yang demikian banyak, tetapi harus dia tanggung juga. Ditambah lagi masa menyusui dan mengasuh yang menghabiskan waktu selama dua tahun. Selama masa tersebut, si bayi menikmati makanan dan gizi yang dimakan oleh sang ibu, sehingga mengurangi staminanya.
Oleh karena itu, Dienul Islam menghendaki agar wanita melakukan pekerjaan/karir yang tidak bertentangan dengan kodrat kewanitaannya dan tidak mengungkung haknya di dalam bekerja, kecuali pada aspek-aspek yang dapat menjaga kehormatan dirinya, kemuliaannya dan ketenangannya serta menjaganya dari pelecehan dan pencampakan.
Dienul Islam telah menjamin kehidupan yang bahagia dan damai bagi wanita dan tidak membuatnya perlu untuk bekerja di luar rumah dalam kondisi normal. Islam membe-bankan ke atas pundak laki-laki untuk bekerja dengan giat dan bersusah payah demi menghidupi keluarganya. Maka, selagi si wanita tidak atau belum bersuami dan tidak di dalam masa menunggu (‘iddah) karena diceraikan oleh suami atau ditinggal mati, maka nafkahnya dibebankan ke atas pundak orangtuanya atau anak-anaknya yang lain, berdasarkan perincian yang disebutkan oleh para ulama fiqih kita.
Bila si wanita ini menikah, maka sang suamilah yang mengambil alih beban dan tanggung jawab terhadap semua urusannya. Dan bila dia diceraikan, maka selama masa ‘iddah (menunggu) sang suami masih berkewajiban memberikan nafkah, membayar mahar yang tertunda, memberikan nafkah anak-anaknya serta membayar biaya pengasuhan dan penyusuan mereka, sedangkan si wanita tadi tidak sedikit pun dituntut dari hal tersebut. Selain itu, bila si wanita tidak memiliki orang yang bertanggung jawab
terhadap kebutuhannya, maka negara Islam yang berkewajiban atas nafkahnya dari Baitul Mal kaum Muslimin.

Solusi Islam Terhadap Diskursus Karir Wanita
Ada kondisi yang teramat mendesak yang menyebabkan seorang wanita terpaksa bekerja ke luar rumah dengan persyaratan sebagai berikut:
1. Disetujui oleh kedua orangtuanya atau wakilnya atau suaminya, sebab persetujuannya adalah wajib secara agama dan qadla’ (hukum).
2. Pekerjaan tersebut terhindar dari ikhtilath (berbaur dengan bukan mahram), khalwat (bersunyi-sunyi, menyendiri) dengan laki-laki asing; Sebab ada dampak negatif yang besar. Rasulullah saw bersabda, “Tidaklah seo-rang laki-laki berkhalwat (bersunyi-sunyi, menyendiri) dengan seorang wanita, kecuali bila bersama laki-laki (yang me-rupakan) mahramnya”. (HR. Bukhari).
3. Menutupi seluruh tubuhnya di hada-pan laki-laki asing dan menjauhi semua hal yang berindikasi fitnah, baik di da-lam berpakaian, berhias atau pun berwangi-wangian (menggunakan parfum)
4. Komitmen dengan akhlaq Islami dan hendaknya menampakkan keseriusan dan sungguh-sungguh di dalam berbicara, alias tidak dibuat-buat dan sengaja melunak-lunakkan suara. Firman Allah, “Maka janganlah sekali-kali kalian melunak-lunakan ucapan sehingga membuat condong orang yang di dalam hatinya terdapat penyakit dan berkata-katalah dengan perkataan yang ma’ruf/baik”.(Al-Ahzab: 32)
5. Hendaknya pekerjaan tersebut sesuai dengan tabi’at dan kodratnya seperti dalam bidang pengajaran, kebidanan, menjahit dan lain-lain.
Penutup
Sudah waktunya kita memahami betapa agungnya dien ini di dalam setiap produk hukumnya, berpegang teguh dengannya, menjadikannya sebagai hukum yang berlaku terhadap semua aturan di dalam kehidupan kita serta berkeyakinan secara penuh, bahwa ia akan selalu cocok dan sesuai di dalam setiap masa dan tempat.

Sumber : (Diambil dari majalah “Al-Hikmah” volume VIII, edisi Syawwal 1416 H, hal.
123-140 dengan judul “ ‘Amal al-Mar’ah Baina Al-Islam wa Al-Gharb” tulisan Ibrahim
an-Ni’mah – Abu Hafshoh)