Rabu, 17 November 2010

Wanita-Wanita Yang Dicela

Ibnu Munib

Ringkasan :
Ada kalanya wanita itu dipuji dan ada kalanya wanita dicela. Terhadap wanita yang di cela semoga kita selamat dari padanya. Oleh karena itu, bagaimanakah sifat-sifat wanita yang dicela itu?...
Dari Saad bin Abi Waqqas radhiyallaahu''anhu, dari Nabi Shalallahu 'Alaihi Wassalam bersabda: “Tiga orang yang termasuk ke dalam golongan orang-orang yang berbahagia:

Pertama, perempuan shalihah, yaitu: Perempuan yang jika kamu melihatnya akan mengagumkanmu, ketika kamu tidak sedang bersamanya, ia dapat menjaga dirinya sendiri dan harta milikmu. Kedua, Perempuan yang lemah lembut sehingga dapat menyambungkanmu dengan teman-temanmu. dan Ketiga, Perempuan yang luwes dan pandai bergaul. Sedangkan perempuan yang celaka adalah: Pertama, Perempuan yang jika kamu melihatnya akan menyakitimu, menceritakan kejelekanmu kepada orang lain, jika engkau tidak sedang bersamanya ia tidak dapat menjaga dirinya sendiri dan hartamu. Kedua, Perempuan yang tidak mendatangkan kemanfaatan dan jika kau pukul ia akan melawanmu, dan jika kau meninggalkannnya ia tidak dapat menjaga hubunganmu dengan teman-temanmu. Dan Ketiga, adalah perempuan yang sempit dan tidak banyak bergaul.” (HR. Hakim).
Hadits ini menyebutkan tiga jenis perempuan yang bahagia dan tiga jenis perempuan yang celaka.

Golongan yang bahagia:
Pertama, perempuan yang shalihah, yaitu perempuan yang kuat agamanya dan lemah-lembut dan dapat menyenangkan suaminya karena kecantikan dan ketulusannya. Dalam keadaan ditinggalkan suami, ia dapat menjaga dirinya dari halhal yang keji, seperti zina, memamerkan diri dengan bersolek dan lain-lain. Disamping juga dapat menjaga harta suaminnya, tidak mencurinya, menghamburhamburkannya dan mempergunakannnya untuk hal-hal yang merusak. Kedua, perempuan yang lemah-lembut dan cepat jika sedang berjalan serta energik. Ketiga, perempuan yang luwes terhadap teman-temannya dan sangat ramah dalam melayani mereka.

Sedangkan perempuan yang celaka:
Pertama, perempuan yang menyakitkan suami ketika dilihat, karena penampilan dan tindakan yang jelek. Ia menggauli suaminya dengan umpatan dan makian, disamping itu dia tidak dapat menjaga dirinya dan harta suaminya ketika sang suami tidak sedang bersamanya. Perempuan jenis ini sangat jelek tata pergaulannya. Kedua, perempuan yang lambat jalannya dan sedikit memberi kemanfaatan. Ketiga, perempuan yang sempit terhadap keluarganya dan sedikit pergaulannya. Dari Ibnu Umar radhiyallaahu'anhu, darri Nabi Shalallahu 'Alaihi Wassalam bersabda: “Dua orang dimana shalatnya tidak akan diterima: Hamba sahaya yang melarikan diri dari tuannya sampai ia kembali lagikepada mereka dan perempuan yang bermaksiat kepada suaminya sampai ia kembali lagi kepadanya.” (HR. Hakim).
Yang dimaksud dengan tidak diterimanya shalatnya dalam hadits di atas adalah bahwa amal kebaikan yang mereka lakukan tidak akan sampai kepada Allah, bahkan amal baik yang paling kecil sekalipun. Mereka berpendapat: Sekalipun shalat mereka tidak diterima, namun tetap sah dan tak perlu diganti, hanya saja pahala dari shalatnya sendiri itu sedikit atau bahkan tidak berpahala sama sekali.
Sedangkan, jika seorang budak lari dari tuannya dengan alasan takut dibunuh, dianiaya, atau dipekerjakan melebihi batas kemampuannya, atau perempuan yang bermaksiat kepada suaminya dengan alasan suaminya menyutubuhi duburnya, atau menyetubuhinnya dalam keadaan haid, mka tidak berdosa dan shalat keduanya tetap diterima sebagaimana lazimnya. Dari Mu’ad bin Jabal radhiyallaahu'anhu, bahwa Nabi Shalallahu 'Alaihi Wassalam bersabda: “Janganlah seorang perempuan menyakiti suaminya di dunia, kalau tidak, maka bidadari-bidadari di surga akan berkata kepadanya: “Janganlah kamu menyakitinya, sesungguhnya ia adalah tamu bagimu yang sebentar lagi akan meninggalkanmu untuk berkumpul bersama kami.’” (HR. Ahmad dan Turmudzi). Dari Abu Hurairah radhiyallaahu''anhu berkata, Nabi Shalallahu 'Alaihi Wassalam bersabda: “Apabila seorang suami mengajak tidur istrinya lalu ia menolak ajakannya itu
sehingga suaminya tidur dalam keadaan marah kepadanya, maka para Malaikat akan melaknatnya sampai subuh tiba.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Hadits-hadits ini menjelaskan tentang larangan bagi perempuan menolak ajakan tidur suaminya, tanpa ada alasan yang mendasar. Dalam hal ini haid bukanlah alasan, sebab sang suami masih mempunyai hak untuk menikmati hubungannya di luar alat kelamin. Makna yang terkandung dalam hadits di atas, bahwa laknat tersebut tetap berlangsung sampai terbit fajar sampai suami tidak lagi membutuhkannya atau dengan kembalinya istri ketempat tidur suaminya. Jadi, bagi perempuan yang beriman kepada Allah dan hari kiamat janganlah mencari kemurkaan Allah karena tidak memenuhi hak suaminya itu. Untuk mengobati sikap keengganan perempuan yang telah disebutkan di atas adalah dengan takwa kepada Allahdan sebagai pelaksanaan hadits nabi Shalallahu 'Alaihi Wassalam. Dari Thalak bin Ali radhiyallaahu'anhu, dari Nabi Shalallahu 'Alaihi Wassalam bersabda: “Jika seorang laki-laki memanggil istrinya untuk suatu kebutuhan, maka hendaklah ia menghampirinya sekalipun ia dalam keadaan sibuk.” (HR. Turmidzi dan Nasa’i).
Hadits ini memerintahkan perempuan agar taat kepada suaminya sekalipun dalam kondisi sibuk. Dari Tsauban radhiyallaahu'anhu, bahwa Nabi Shalallahu 'Alaihi Wassalam bersabda: ”Perempuan-perempuan yang minta thalak kepada suaminya tanpa ada alasan yang mendesak, maka haram baginya bau-bau surga.” (HR. Ahmad, Abu Daud, dan Turmudzi).
Alasan yang mendesak itu antara lain tidak ditegakkannya hukum Allah dalam hubungannya suami istri, seperti hubungan yang baik antar keduanya atau pihak perempuan khawatir disakiti oleh suaminya. Dari Tsauban radhiyallaahu'anhu, dari Nabi Shalallahu 'Alaihi Wassalam bersabda: ”Perempuan-perempuan yang minta cerai kepada suaminya adalah perempuanperempuan yang munafik.” (HR. Turmudzi)
Perempuan yang minta cerai kepada suaminya tanpa adanya alasan yang tepat termasuk ke dalam golongan orang munafik amali, perbuatannya itu adalah perbuatan-perbuatan orang munafik. Ibnu Arabi berpendapat: Pada umumnya, perempuan kurang sabar dan kurang rela. Mereka kadang durhaka kepada suami dan tidak mensyukuri pemberian suaminnya. Sebab itu mereka disebut perempuan munafik. Diantara perbuatan munafik itu adalah tidak mensyukuri, bahkan mencela perbuatan suaminya..

Sumber : Khalid Ramadhan Hasan, Kehancuran dan Keselamatan Wanita, Pustaka Azzam.

Jumat, 12 November 2010

عشرون نصيحة ناجحة للتخلص من القلق

HILANGKAN RASA CEMBURU
Ahmad Syauqil Adib

Rasa cemburu merupakan salah satu penyebab timbulnya rasa cemas. Rasa ini merupakan suatu hasrat untuk dicintai seseorang dengan cara tertentu. Rasa cemburu ini dapat timbul karena kurangnya kepercayaan diri. (Dr. Wyne W Dyer)
Rasa cemburu adalah kewajaran bagi tiap individu yang normal dan lumrah. Cemburu merupakan problem kejiwaan urutan pertama di antara problem kejiwaan lainnya. Orang yang ditimpa rasa cemburu akan sangat menyulitkan dirinya karena kadang kecemburuan itu akan mendorong seseorang untuk memiliki perilaku yang merusak, baik itu disadari maupun tidak disadari. Berbagai jalan dan cara yang dilakukan orang untuk menyikapi rasa cemburu, mulai dari dengan cara positif yang menganggap bahwa cemburu itu normal, dan tidak perlu di perpanjang hingga cara negatif dengan mengejar kecemburuan itu dengan meng-adakan yang sebenarnya tidak ada atau menggunakan berbagai cara lain, hal ini dilakukan mungkin karena ada unsur marah, jengkel ataupun kecewa.
Terkadang rasa cemburu dapat mengganggu kehidupan pribadi seseorang. Misalnya ketika pribadi kita mengatakan “mengapa orang yang aku cintai tidak mencintaiku seperti aku mencintainya?” atau “mengapa orang yang aku cintai lebih memperhatikan orang lain dari pada kepadaku?. Hal seperti ini juga bisa terjadi pada suami istri, dan siapapun baik itu wanita atau laki-laki.
Rasa cemburu seperti itu tidak dapat diterima sama sekali. Sebenarnya sosok seperti itu, yang mudah cemburu membutuhkan pembenahan aspek kejiwaan dan tambahan kepercayaan diri. Permasalahan mereka adalah mereka menilai diri mereka melalui orang lain. Dalam arti lain, misalnya seseorang mencintai orang lain, pada saat itupula timbul rasa cemburu dalam dirinya karena orang yang ia cintai ternyata memberikan perhatiannya kepada orang lain. Orang seperti ini memberiakan penilaian untuk dirinya dari sisi pandang orang yang dicintainya. Oleh karenanya, orang itu menginginkan agar orang yang dicintainya, juga mencintainya dengan perasaan yang sama atau paling tidak orang yang dicintainya itu memberikan perhatian kepadanya. Dengan begitu ia telah menganggap dirinya bertanggungjawab atas prilaku orag lain.
Ini merupakan masalah yang berat sekali. Hal ini saja sudah menjadi masalah tersendiri. Problem lainnya adalah orang itu telah menghubung-hubungkan perhatian orang yang dicintainya itu kepada orang lain, yaitu dengan rasa cinta yang diberikan kepada dirinya. Ia telah menduga bahwa ketika orang yang dicintainya tidak lagi memberikan perhatian yang besar kepadanya, hal itu berarti orang yang dicintainya tidak mencintai dan menghargai dirinya lagi. Ini adalah kesalahan besar karena perhatian seseorang kepada orang lain adalah untuk urusan tertentu antara keduanya atau karena ada permasalahan lainnya.
Orang yang menyiksa diri dengan rasa cemburu karena melihat tingkah laku orang yang dicintainya kepada oran lain, hendaknya mengetahui bahwa berfikir dengan cara seperti itu adalah cara berfikir yang salah. Anda, hendaknya tidak memberikan penilaian kepada diri anda melalui orang lain. Nilailah diri anda berdasarkan Anda sendiri, dari kepribadian dan perbuatan anda. Bukan hanya karena melihat, namun lingkungan juga ikut mempengaruhi dan menanamkan keyakinan secara tidak langsung, asupaan pembicaraan, dan curahan lingkungan bisa menjadikan satu keyakinan bahwa apa yang anda pikirkan semakin benar.
Anda harus memiliki rasa percaya diri dan kebanggaan pada diri sendiri. Perhatian orang lain kepada selain anda adalah urusan orang lain, bukan urusan anda. Apa yang akan menimpa anda apabila orang lain tidak memberikan perhatiannya kepada anda? Tidak ada apa-apa bukan? Ketahuilah bahwa kebahagiaan anda berasal dari pribadi anda dan bukan dari orang lain. Hanya anak-anak kecil yang mengandalkan kebahagiaan dan cinta dari oang lain karena mereka belajar mencintai dari orang lain.
Seorang anak membutuhkan cinta, kehangatan, dan perhatian dari orang lain agar ia merasa tenang, aman, dan cinta. Semua ini penting bagi pertumbuhan anak. Untuk masyarakat dewasa, sebagian mereka tidak sepatutnya berpegang dengan sifat kekanak-kanakan. Anda harus memahami bahwa prilaku orang lain adalah tanggungjawab orang itu sendiri, bukan tanggungjawab anda. Disamping itu, anda harus mengetahui bahwa berubanya perhatian orang lain, bukan urusan anda. Hal itu sama sekali tidak berarti menurunkan martabat atau menghina kehormatan anda.
Yang penting adalah, bagaimana manusia bisa menjadi dirinya dari dalam dirinya sendiri, bukan menjadi dirinya dari orang lain. Cukuplah orang lain adalah cermin dan diri akan tetap menjadi diri walau ada pada cermin yang berbeda, perubahan pada cermin hanya tipuan sementara, begitu juga orang lain. Percaya diri, konsekwen dan komitmen adalah modal awal untuk menajdikan diri sebagai diri kiata sendiri.



Disadur dari buku “ ‘Isyruuna nasiihah naajihah littakhallush min al-qalaq. Adil fathi abdullah, daar adz-dzahabiyyah.”